Kemenkes Bantah Sinovac Tak Efektif pada Nakes: Musuh Banyak

CNN Indonesia
Kamis, 08 Jul 2021 12:52 WIB
Kemenkes bantah Sinovac tak efektif menangkal Corona terkait banyaknya kasus Covid-19 yang menimpa para tenaga kesehatan.
Banyak nakes yang tetap terkena Covid-19 dan bahkan meninggal meski sudah menerima vaksin Sinovac. (Foto: CNNIndonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Kesehatan berdalih bahwa banyaknya tenaga kesehatan (nakes) yang terpapar Covid-19 bukan berarti vaksin Sinovac tidak efektif menangkal Virus Corona.

Juru Bicara Vaksinasi dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan efikasi vaksin Sinovac di Indonesia sebesar 65,3 persen. Jumlah itu telah melampaui standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang mengisyaratkan vaksin covid-19 minimal harus memiliki efikasi 50 persen.

"Bukan karena Sinovac tidak efektif. Tapi kita tahu orang kan masih bisa terpapar walau sudah divaksin, apalagi nakes yang setiap hari bertemu dengan pasien sehingga risiko tinggi akan keterpaparan virus," kata dia, melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Kamis (8/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nadia juga mengatakan kemungkinan banyaknya nakes yang mudah terpapar meski sudah divaksin lantaran munculnya ratusan mutasi virus SARS-CoV-2 yang sudah teridentifikasi di Indonesia. Bahkan mayoritas darinya merupakan 'Variant of Concern' atau varian yang diwaspadai WHO.

Balitbangkes Kemenkes per 6 Juli 2021 mencatat sudah ada 533 kass varian covid-19 baru yang tersebar di Indonesia. Rinciannya, 51 kasus Alfa B117, 57 kasus Beta B1351, 436 kasus Delta B1617.2. Kemudian 2 kasus Iota B1526, 5 Eta B1525, dan 2 Kappa B1617.1.

"Ini ada varian baru yang lebih cepat menular. Risiko tinggi nakes terhadap keterpaparan dengan virus karena risiko pekerjaan dengan jumlah pasien yang sangat banyak. Namanya di medan perang kan musuhnya banyak sekali, jadi pasti risiko tertularnya berlipat-lipat," jelasnya.

Nadia sekaligus menekankan vaksin sejatinya bukan mengobati penyakit Covid-19 melainkan sebagai upaya pencegahan.

Ia menyebut orang yang sudah divaksin tetap memiliki risiko terpapar Covid-19 meski kemungkinan besar hanya mengalami gejala ringan dan tak mengalami perburukan gejala sehingga harus dirawat di rumah sakit.

Dengan begitu, apabila vaksinasi Covid-19 telah dilakukan secara masif dan agresif pada 60-70 persen penduduk. Maka diharapkan besar mampu menekan tingkat kesakitan dan kematian warga akibat paparan Corona.

Berikut 7 vaksin Covid-19 yang akan diedarkan di dalam negeri berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan.

"Risiko tertular kan tetap ada walau kita sudah vaksin, jadi harus tetap protokol kesehatan," pungkasnya.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada akhir Juni 2021 mencatat sebanyak 61 dokter meninggal akibat terpapar virus corona sepanjang Februari-Mei 2021. Dari puluhan kematian itu, 14 diantaranya diketahui sudah mendapat suntikan dosis vaksin covid-19.

Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI Adib Khumaidi merinci, 10 orang telah mendapat dua dosis vaksin covid-19, sementara 4 lainnya baru menerima satu dosis.

Sementara, 47 dokter lainnya yang meninggal belum divaksin lantaran tidak memenuhi syarat vaksin terkait komorbid alias penyakit penyerta yang mereka miliki.

Diberitakan sebelumnya, Sinovac merupakan salah satu vaksin dengan efikasi paling rendah di antara vaksin-vaksin Covid-19 yang lazim digunakan. Angka efikasi berarti tingkat kemanjuran suatu vaksin dalam melawan virus.

Berdasarkan Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit (CDC) AS menyebut vaksin Pfizer-BioNTech memiliki efikasi 95 persen. Belakangan, Israel menyatakan efikasi vaksin ini turun menjadi 64 persen terhadap mutasi virus SARS-CoV-2 varian B.1.617.2 atau varian Delta.

Selain itu, vaksin Moderna memiliki efikasi 94,1 persen; Sinopharm memiliki efikasi 78,02 persen, AstraZeneca 76 persen, meski kemudian WHO menyatakan efikasinya 63,09 persen.

(khr/arh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER