Kasus Isoman, Dinkes DKI Akui Pasien Lebih Cepat Memburuk

CNN Indonesia
Sabtu, 10 Jul 2021 21:05 WIB
Terkait banyaknya kasus isolasi mandiri yang meninggal, Dinkes DKI menyebut perburukan kondisi pasien kali ini lebih cepat dari periode lalu.
Ilustrasi penanganan pasien Covid-19. (Foto: ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menyebut perburukan kondisi pasien Covid-19 pada periode ini lebih cepat dari kasus-kasus sebelumnya.

Hal ini dikatakannya terkait lonjakan kasus pasien Covid-19 yang meninggal di rumah saat menjalani isiolasi mandiri (isoman).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

semakin cepat antara 4-5 hari. Perburukan kondisi itu, terutama bagi yang menjalani isolasi, lebih cepat dibanding beberapa bulan sebelumnya yang bisa mencapai 10-14 hari.

"Memang data di kita menunjukkan sejak sakit menjadi berat dan kritis, dibandingkan periode lalu semakin cepat," kata Widy dalam diskusi daring, Jumat (10/7).

"Yang lalu 10-14 hari. Saat ini 4-5 hari, warga kita yang isolasi mandiri, ternyata mengalami perburukan kalau tidak diintervensi terapi yang lebih dini," imbuhnya.

Teranyar, Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur, melaporkan mengevakuasi sedikitnya 23 warga yang meninggal di rumah lebih dari sepekan terakhir sejak 29 Juni.

Widy mencatat saat ini jumlah kasus aktif Covid-19 di Jakarta mencapai lebih dari 100 ribu. Dari jumlah tersebut 40 persen di antaranya membutuhkan perawatan. Rinciannya, 10-11 persen bergejala berat, 30 persen sisanya bergejala sedang dan ringan.

Bersamaan dengan jumlah kasus aktif tersebut, ia turut mengakui bahwa persentase orang tanpa gejala (OTG) semakin menurun. Angkanya, saat ini mencapai 30 persen atau turun dari semula 50 persen sejak beberapa bulan sebelumnya.

"Apakah ini lebih besar dari negara lain, tentu menjadi pertanyaan bersama. Dan bagaimana, kita harus mengantisipasi terkait tata kelola manajemen di dalam rumah sakit," kata dia.

Widy mengaku telah menambah kapasitas perawatan pasien Covid-19 di 140 rumah sakit rujukan di DKI Jakarta. Selain itu, pihaknya juga telah bekerja sama dengan pemerintah pusat dalam menangani pasien isolasi mandiri.

Ia mengaku saat ini pihaknya telah memberi kewenangan bagi petugas Puskesmas melakukan intervensi lebih dini kepada warga atau pasien yang menjalani isolasi mandiri. Intervensi itu dilakukan misalnya dengan pemberian antivirus kepada warga.

"Yaitu sejak didiagnosa melalui PCR positif, itu sudah diberikan intervensi konsultasi oleh tim pendamping dan pemberian obat-obat," kata dia.

"Kalau dulu obat itu hanya sifatnya, vitamin dan obat-obat untuk gejala, saat ini sudah didorong dan cepat diberikan antivirus," imbuh Widy.

Terpisah, pihak keluarga pasien Covid-19, SYP (23),  memarahi petugas medis yang dinilai menelantarkan jenazah kerabatnya selama berjam-jam di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Sabtu (10/7).

Ketiadaan Satgas Covid-19 di lokasi membuat pihak keluarga dibantu pihak rumah sakit melakukan pemulasaraan sendiri dan kedua orang tua almarhum tidak menggunakan baju pelindung atau APD.

Emosi orang tua kembali memuncak ketika jenazah yang awalnya sudah dimasukkan ke dalam mobil ambulans, namun kembali dikeluarkan. Akibatnya, petugas lupa memasukkan jenazah ke dalam peti.

Infografis Fenomena Jemput Paksa Jenazah Covid-19Infografis Fenomena Jemput Paksa Jenazah Covid-19. (Foto: CNN Indonesia/Timothy Loen)

"Kami sangat menyesalkan kejadian seperti ini, anak saya tidak ditangani sejak pagi tadi. Saya mau tahu kendalanya apa. Kami akan laporkan kejadian ini ke bupati agar bisa ditindaklanjuti," kata ibu almarhum, Nila saat di rumah sakit.

Kepala Bagian Umum RSUD Kabupaten Gowa, Muh Amin membenarkan adanya kejadian tersebut. Ia mengatakan, seluruh penanganan jenazah yang berada di rumah sakit ada prosedurnya.

"Memang betul, ini kondisi psikologis keluarga yang membutuhkan pelayanan yang cepat, tetapi tetap ada prosedur," kata Muh Amin

"Alasannya saya tidak tahu, tapi sepertinya Satgas Covid-19 Kabupaten Gowa ini menyerahkan sepenuhnya penanganan jenazah Covid ke pihak rumah sakit, mulai dari pemulasaraan, pengantaran hingga pemakaman di Macanda," ungkapnya.

Dengan adanya kejadian tersebut, kata Muh Amin pihaknya akan kembali mengaktifkan petugas yang akan menangani jenazah Covid-19 seperti tahun sebelumnya.

Banyak Orang Desa Meninggal

Sementara itu, DPRD Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, meminta pemerintah daerah menurunkan ahli atau peneliti untuk mengkaji peristiwa banyaknya orang desa meninggal.

"Jika ada peristiwa di luar nalar, pemerintah sebenarnya bisa menurunkan tim dari perguruan tinggi untuk meneliti tentang pandemi dan cara mengantisipasinya," kata Anggota Komisi I DPRD Pamekasan Ali Maskur, Sabtu (10/7).

Insert Artikel - Waspada Virus CoronaInsert Artikel - Waspada Virus Corona. (Foto: CNN Indonesia/Fajrian)

"Angka kematian di Pamekasan semakin bertambah setiap hari. Kalau ini dibiarkan sama halnya membiarkan serangan-serangan yang membabi buta. Jangan hanya tawarkan dan pasrah pada rakyat. Pemerintah harus cepat ambil langkah untuk mencari solusi," tegas Politisi PPP tersebut.

Ali mengungkapkan, persoalan risiko kematian di daerah sebenarnya tidak hanya pasien Covid-19, di desa banyak warga yang meninggal secara mendadak tanpa diketahui gejala kesehatannya.

"Karena kalau membaca beberapa informasi, hampir di semua desa angka kematian cukup melonjak drastis. Bahkan angka kematian di Pamekasan bisa jadi melebihi Bangkalan kemarin," paparnya.

Dalam peta sebaran Covid-19 di Kabupaten Pamekasan per 9 Juli 2021, suspect 1560 orang dengan rincian pengawasan 13 orang, sembuh 1436, meninggal 111 orang. Positif Covid-19 sebanyak 1467 orang dengan rincian isolasi 168, sembuh 1172 orang, dan meninggal 127 orang.

(thr/mir/nrs/arh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER