DIY soal Kematian Tinggi: Warga Pilih Isoman daripada Shelter

CNN Indonesia
Jumat, 16 Jul 2021 11:51 WIB
Dinas Kesehatan Yogyakarta mengklaim tingginya angka kematian pasien isoman karena keengganan ditempatkan di shelter Covid-19.
Petugas kesehatan memasuki area isolasi mandiri saat melakukan pendataan bagi warga yang terpapar COVID-19 di Banjar Terunasari, Desa Dauh Puri Kaja, Denpasar, Bali, Kamis (1/7/2021). (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)
Yogyakarta, CNN Indonesia --

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengklaim tingginya angka kematian pasien isolasi mandiri (isoman) di wilayahnya disebabkan keengganan sebagian dari mereka untuk ditempatkan di shelter pasien Covid-19.

"Memang beberapa warga masih memilih isoman daripada di selter," kata Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie saat konferensi pers secara daring, (15/7).

Informasi itu Pembajun peroleh dari Dinas Sosial DIY. Baginya, hal ini sangat disayangkan padahal pemerintah daerah melalui dinas sosial telah menyediakan sejumlah shelter untuk pasien Covid-19 bergejala ringan hingga sedang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara ada sederet persyaratan yang harus dipenuhi pasien untuk dapat melakukan isoman di rumah. Seperti memiliki kamar pribadi dan kamar mandi terpisah agar tak bersinggungan dengan anggota keluarga lain yang tinggal serumah.

"Dinsos sudah menyediakan shelter, monggo dimanfaatkan dengan baik," pesannya.

Hal lain yang harus dipastikan, tambah Pembajun, adalah kebutuhan obat-obatan dan vitamin yang mana sebenarnya sudah tersedia jika pasien bersedia tinggal di shelter.

"Pelayanan terhadap yang sakit juga harus dilakukan secara hati-hati. Ini persyaratan cukup vital dalam mengelola pasien positif d rumah. Kalau itu tidak dipahami dan dijalankan dengan benar, mohon maaf maka akan justru memperburuk keadaan yang bersangkutan," sebutnya.

Pembajun mengatakan keberadaan setiap pasien terkonfirmasi Covid-19 wajib dilaporkan ke puskesmas di lingkungan setempat.

Menurutnya selama ini sering ada pertanyaan dan permintaan oleh keluarga pasien kepada perawat di puskesmas atau rumah sakit untuk menengok keadaan pelaku isolasi mandiri.

Upaya tersebut sebenarnya bisa saja dilakukan. Permasalahannya, di situasi tenaga kesehatan berbagai rumah sakit dan puskesmas berkekurangan hal tersebut kurang memungkinkan.

"Ada cara lain yang bisa dilakukan bersama-sama, dengan melaporkan ke puskesmas setiap hari memberikan report, tensinya sekian, saturasi seperti ini, suhu tubuh sekian itu sangat membantu. Saya yakin teman-teman puskesmas dengan motivasi yang kuat membantu memantau," kata Pembajun.

"Cuma mohon maaf kalau prosedur itu tidak dilakukan bersama-sama, artinya dua pihak (keluarga dan faskes) mengetahui, (isoman) dilakukan dengan baik, tentu saja yang meninggal isoman tidak akan sebanyak ini," ujarnya.

Berdasarkan pendataan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD DIY tercatat 106 orang meninggal saat menjalani isoman sepanjang 1 Juni hingga 5 Juli 2021.

Dari data tersebut diketahui 49 di antaranya berstatus terkonfirmasi Covid-19. Sisanya, masuk kategori suspek, probable, maupun infeksius.

Menilik data TRC BPBD DIY, Kabupaten Sleman menyumbang paling banyak kasus kematian pasien isoman sepanjang 1 Juni-5 Juli 2021, yakni 63 kasus. Disusul Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo masing-masing 17 kasus, Kabupaten Gunungkidul 5 kasus, dan Kabupaten Bantul 4 kasus.

Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD DIY Wahyu Pristiawan Buntoro menengarai tingginya angka kematian pelaku isoman disebabkan salah satunya kondisi berbagai rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 di DIY yang mulai sesak terisi.

Kata Pris, antrean pasien menumpuk di berbagai rumah sakit. Puskesmas pun akhirnya bingung harus merujuk pasien ke mana.

"Nah, pada saat rumah sakit stuck dan tidak mampu menerima rujukan yang dilakukan puskesmas, maka puskesmas hanya punya satu pilihan. Dengan kondisi apapun pilihannya hanya isoman di rumah," kata Pris saat dihubungi, Jumat (9/7) lalu.

Infografis Panduan Aaman Saat IsomanInfografis Panduan Aman Saat Isoman. (CNN Indonesia/Fajrian)
(kum/pmg)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER