Pakar Sebut Kasus Harian Covid-19 Turun Imbas Testing Rendah

CNN Indonesia
Senin, 19 Jul 2021 20:18 WIB
Epidemiolog UI Hermawan Saputra menilai kasus harian covid-19 menurun imbas jumlah testing yang masih rendah.
Epidemiolog UI Hermawan Saputra menilai kasus harian covid-19 menurun imbas jumlah testing yang masih rendah. (Foto: CNN Indonesia / Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Penambahan kasus harian Covid-19 di Indonesia mencapai 34.257 orang pada Senin (19/7). Jumlah itu turun usai sepekan terakhir jumlah harian berada di kisaran angka 40-50 ribu.

Penurunan mulai terlihat pada Minggu (18/7) ketika kasus covid-19 bertambah 44.721 kasus. Jumlah ini juga turun dibandingkan Sabtu (17/7) dengan jumlah mencapai 51.952.

Sementara rekor tertinggi selama pandemi terjadi pada 15 Juli lalu mencapai 56.757 kasus sehari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Epidemiolog Universitas Indonesia Hermawan Saputra menilai, penurunan kasus harian covid-19 selama tiga hari terakhir tak menunjukkan bahwa kasus benar-benar turun melainkan karena jumlah testing yang masih rendah.

"Kalau ada penurunan kasus tiga hari ini, bukan karena kasusnya turun, tapi spesimennya yang rendah, testingnya," ucap Hermawan kepada CNNIndonesia.com, Senin (19/7).

Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) penanganan Covid-19, jumlah orang yang di tes per hari ini menunjukan jumlah terendah dalam sepekan terakhir.

Sebanyak 127.461 orang dites menggunakan PCR, TCM, dan antigen pada hari ini. Satu hari sebelumnya, jumlah orang dites mencapai 138.046 orang. Lalu pada Sabtu (17/7) jumlah tes mencapai 188.551 orang.

Dengan penambahan kasus dan jumlah tes tersebut, positivity rate atau rasio kasus warga terpapar covid-19 harian di Indonesia masih tinggi.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan ambang batas minimal angka positivity rate kurang dari 5 persen. Sementara, positivity rate Indonesia selalu di atas 30 persen, paling tidak dalam tiga hari terakhir ini.

Hari ini, positivity rate Indonesia mencapai 39,7 persen. Pada Minggu (18/7) mencapai 47,9 persen dan Sabtu (17/7) sebesar 40,3 persen.

Hermawan mengatakan, dengan data tersebut memperlihatkan inkonsistensi pemerintah dalam mengimplementasi kebijakan dan target. Sebelumnya pemerintah menargetkan 400 ribu tes per hari.

Menurut Hermawan, jumlah tes seharusnya ditambah 10 kali lipat. Hal itu penting supaya pemerintah bisa mengetahui kasus yang sesungguhnya.

"Boro-boro meningkatkan kapasitas, yang terjadi malah inkonsistensi dari segi testing harian. Kita makin sulit mengukur kasus jadinya," ucap dia.

Epidemiolg dari Griffith University Australia, Dicky Budiman juga menilai tes ekstrem harus dilakukan. Ia menyebut pemerintah minimal melakukan tes satu juta per hari.

Untuk mengejar satu juta tes per hari, Dicky menyarankan pemerintah agar melakukan tes dengan metode ketok rumah.

Dicky menilai, jumlah tes saat ini sedikit karena terhambat akses, baik secara lokasi maupun karena tes masih berbayar.

"Minimnya sistem deteksi kunjungan rumah ke rumah di masyarakat yang membuat orang -orang yang bisa ditemukan kasus itu tidak ditemukan. Harus didatangi ke rumah," ucap dia.

(yla/psp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER