Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) mencatat kematian dokter obgyn alias kandungan akibat terpapar Covid-19 mencapai 45 orang. Sebanyak 20-30 persen atau 9-13 kasus kematian itu terjadi pada Juli 2021.
Ketua POGI Ari Kusuma Januarto menyebut kematian dokter obgyn di Indonesia menduduki posisi kedua terbanyak setelah dokter umum. Berdasarkan data Ikatan Dokter Indonesia (IDI), 598 dokter meninggal akibat terpapar Covid-19 selama 16 bulan pandemi menjangkiti Indonesia.
"Saat ini dokter obgyn yang meninggal dunia karena Covid-19 sudah mencapai 45 orang, dan saya katakan 20-30 persen itu terjadi dalam sebulan ini. Jadi ini menjadi perhatian kami semua sebagai dokter obgyn," kata Ari dalam acara daring, Jumat (30/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ari menyebut, dokter obgyn rawan terpapar Virus Corona lantaran memiliki empat tempat kerja yang mengharuskan mereka kontak langsung dengan pasiennya, yakni tempat praktik, kamar bersalin, kamar operasi, dan saat kunjungan ke ruangan pasien.
Untuk itu, Ari mewanti-wanti kepada dokter obgyn agar tidak lalai dalam menerapkan protokol kesehatan Covid-19 saat melayani pasien, seperti pada pemakaian alat pelindung diri (APD) yang tepat dan sebagainya.
"Memang ada beban kerja dari dokter-dokter kebidanan itu yang cukup berat," kata dia.
Lebih lanjut, Ari juga menginformasikan POGI selama periode April 2020 hingga April 2021 mencatat sebanyak 536 bumil di Indonesia terpapar virus corona.
Dari jumlah itu, 3 persen atau sekitar 16 orang di antaranya meninggal dunia. Ia juga mengatakan sebanyak 4,5 persen dari total bumil terinfeksi Covid-19 membutuhkan perawatan di ruang ICU.
Ari menambahkan kebanyakan dari mereka yang terpapar virus corona saat usia kandungan mendekati tanggal melahirkan dan membutuhkan layanan kesehatan.
Sekitar 72 persen di antaranya terpapar saat usia kandungannya mencapai usia 37 minggu. Melihat temuan itu, POGI terus mendorong agar bumil juga dimasukkan pada kategori penerima vaksin Covid-19 di Indonesia.
"Vaksin bumil memang kita sudah dorong hampir sebulan ini. Kita juga mendorong sejawat nakes yang sedang hamil untuk segera membatasi, yang pasti kita tidak menganjurkan kerja di tempat yang Covid-19, dan juga mengatur jam kerjanya," ujar Ari.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat POGI Budi Wiweko berharap petunjuk teknis untuk vaksinasi virus corona terhadap bumil akan segera dikeluarkan pemerintah dalam waktu dekat atau sekitar sepekan yang akan datang.
Budi mengatakan POGI telah berkoordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) serta Kementerian Kesehatan untuk kemudian menyepakati pelaksanaan vaksinasi pada bumil di Indonesia.
"Semoga nanti Juknis segera dikeluarkan, sehingga nanti tidak ada lagi ibu hamil masuk dalam kriteria eksklusi untuk dilakukan vaksinasi. Mudah-mudahan minggu depan surat edaran dari Kementerian Kesehatan akan turun," kata Budi.
Budi mengatakan, pihaknya sudah mempersiapkan surat kendali dan isian pertanyaan pada formulir skrining untuk vaksinasi bumil. Menurutnya tidak ada yang jauh berbeda pada pertanyaan kondisi dalam skrining vaksinasi umum atau warga yang sedang tidak hamil.
Namun demikian, ada kondisi khusus seperti preeklampsia berat pada bumil yang diminta untuk urung divaksin. Preeklampsia merupakan komplikasi pada kehamilan usia 20 minggu yang ditandai dengan tingginya tekanan darah pada bumil.
(khr/pmg)