Jakarta, CNN Indonesia --
Laju penularan Covid-19 sepanjang Juli 2021 mendapat sorotan dari pemerintah maupun masyarakat. Kasus Covid-19 didapati meningkat tajam setelah libur panjang Idulfitri 2021, yang menyebabkan pemerintah harus menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat per 3 Juli.
Perayaan Lebaran tahun ini jatuh pada 13 Mei. Dua pekan setelah libur Lebaran, kasus Covid-19 didapat mulai melonjak. Peningkatan terus terdeteksi dan mencapai puncaknya pada Juli 2021.
Mengutip data covid19.go.id, kasus Covid-19 harian pada 1 Juli tercatat di angka 24.836 kasus. Angka tersebut terus meningkat sampai mencapai puncaknya pada 15 Juli dengan 56.757 kasus atau dua kali lipat lebih besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka tersebut pun turut mengantarkan Indonesia menjadi negara dengan kasus harian Covid-19 tertinggi di dunia. Jumlah tersebut juga merupakan rekor kasus harian terbanyak yang pernah dicatat Indonesia selama pandemi.
Selain kasus harian, Indonesia juga mencatat kasus kematian tertinggi di dunia ketika kematian mulai mencatat rekor pada 21 Juli dengan 1.383 kasus meninggal.
Data Worldometer kemudian menunjukkan Indonesia menempati kasus kematian tertinggi selama sepekan berturut-turut, yakni pada 21-28 Juli.
Kasus kematian terus memuncak hingga mencapai rekor tertinggi pada 27 Juli dengan 2.069 kasus meninggal yang ditemukan dalam 24 jam. Di hari yang sama, rekor kasus sembuh juga tercatat dengan 47.128 kasus sembuh.
Sementara terjadi peningkatan tajam pada kasus terkonfirmasi dan meninggal, kasus sembuh juga tercatat melonjak pada Juli. Jika dilihat berdasarkan grafik perkembangannya, jumlah kasus sembuh di bulan ini jauh meningkat dibanding sebelumnya.
Namun hal ini juga diiringi dengan masifnya jumlah kasus yang ditemukan bulan ini. Pada Juli, total kasus yang ditemukan mencapai 1.253.193 kasus dalam waktu 30 hari. Menjadikan total kasus Covid-19Covid-19 saat ini mencapai 3.409.658 kasus.
Dalam kurun waktu tersebut, Indonesia juga mencatat 35.628 kasus meninggal. Sehingga total kasus sejak awal pandemi mencapai 94.119 kasus meninggal.
Kemudian dalam sebulan terakhir tercatat 889.679 kasus sembuh dari Covid-19Covid-19. Sehingga akumulasi kasus sembuh secara total mencapai 2.770.092 kasus.
Sementara jumlah kasus terkonfirmasi, meninggal dan sembuh mengalami peningkatan pesat. Pada, 1 Juli tercatat pemeriksaan Covid-19Covid-19 dilakukan terhadap 155.191 atau 98.572 orang dengan metode polymerase chain reaction (PCR), antigen dan tes cepat molekuler (TMC).
Sementara pada 31 Juli, tercatat 241.761 spesimen atau 150.222 orang diperiksa Covid-19Covid-19 dengan metode PCR, antigen dan TMC. Artinya peningkatan jumlah orang yang diperiksa tidak sampai dua kali lipat.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengakui target testing 324.283 warga selama PPKM Darurat hingga PPKM Level 4 masih belum dapat terealisasi.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan alasannya karena varian delta begitu cepat menyebar, sehingga memberi tekanan besar pada fasilitas kesehatan dan laboratorium.
Selain testing, upaya pemeriksaan dalam rangka tracing kontak erat kasus Covid-19 juga masih lemah. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengungkapkan bahwa Indonesia baru bisa melakukan tracing kontak erat satu orang per satu kasus positif.
"Berdasarkan standar WHO dalam pelaksanaan tracing, kontak erat itu adalah rasionya 1:30. Namun di Indonesia, saat ini baru bisa dilaksanakan 1:1, satu yang terkonfirmasi dan satu yang kita laksanakan tracing kontak erat," kata Hadi dalam konferensi pers yang disiarkan di Youtube BNPB Indonesia, Senin (26/7).
Untuk mengupayakan hal tersebut, pemerintah mendorong penambahan jumlah relawan tracer di penjuru daerah. Termasuk dengan mengerahkan tenaga 63 ribu anggota TNI/Polri untuk turut mendorong pelacakan kontak erat.
Seiring dengan peningkatan kasus, krisis layanan kesehatan dan kebutuhan medis pun meningkat. Pada 13 Juli, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap bed occupancy rate (BOR) atau keterisian tempat tidur rumah sakit di 12 provinsi mengalami krisis.
Banyak pasien yang melakukan isolasi mandiri ataupun yang dirawat di rumah sakit pun mulai kekurangan pasokan oksigen medis. Hingga Minggu (4/7), Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito di Sleman, DI Yogyakarta mencatat 63 pasien yang meninggal, diduga disebabkan habisnya pasokan oksigen.
Dengan kondisi pandemi yang masih terus meningkat, pemerintah memutuskan memperpanjang PPKM Darurat yang kini menjadi PPKM Level 4 hingga 2 Agustus. Pada beberapa pekan terakhir Juli, Presiden Joko Widodo mulai melonggarkan sejumlah ketentuan PPKM seiring kasus positif mengalami penurunan.
Penurunan kasus mulai terdeteksi semenjak 15 Juli, meskipun grafiknya masih naik turun. Tercatat kasus terendah setelah tanggal tersebut pada 26 Juli dengan 28.228 kasus. Terakhir kasus tercatat di angka 37.284 kasus pada 31 Juli.
Meskipun kasus terkonfirmasi mulai mengalami penurunan, grafik kasus kematian terpantau masih meningkat. Pada 31 Juli tercatat kasus meninggal mencapai 1.808 orang, belum jauh menurun dari rekor terakhir.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan salah satu alasan meningkatkan kasus meninggal diduga terjadi di luar rumah sakit. Ia mengatakan hal ini diproyeksi karena angka kematian meningkat seiring BOR menurun.
"Karena masih banyak penderita positif yang terlambat mengakses layanan RS, dan masih banyak yang isoman tetapi tidak mau dirujuk ke isolasi yang terpusat," kata Nadia kepada CNNIndonesia.com, Rabu (28/7).