Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengakui target testing 324.283 warga selama PPKM Darurat hingga PPKM Level 4 masih belum dapat terealisasi.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan alasannya karena varian delta begitu cepat menyebar, sehingga memberi tekanan besar pada fasilitas kesehatan dan laboratorium.
Selain testing, upaya pemeriksaan dalam rangka tracing kontak erat kasus Covid-19 juga masih lemah. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengungkapkan bahwa Indonesia baru bisa melakukan tracing kontak erat satu orang per satu kasus positif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berdasarkan standar WHO dalam pelaksanaan tracing, kontak erat itu adalah rasionya 1:30. Namun di Indonesia, saat ini baru bisa dilaksanakan 1:1, satu yang terkonfirmasi dan satu yang kita laksanakan tracing kontak erat," kata Hadi dalam konferensi pers yang disiarkan di Youtube BNPB Indonesia, Senin (26/7).
Untuk mengupayakan hal tersebut, pemerintah mendorong penambahan jumlah relawan tracer di penjuru daerah. Termasuk dengan mengerahkan tenaga 63 ribu anggota TNI/Polri untuk turut mendorong pelacakan kontak erat.
Seiring dengan peningkatan kasus, krisis layanan kesehatan dan kebutuhan medis pun meningkat. Pada 13 Juli, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap bed occupancy rate (BOR) atau keterisian tempat tidur rumah sakit di 12 provinsi mengalami krisis.
Banyak pasien yang melakukan isolasi mandiri ataupun yang dirawat di rumah sakit pun mulai kekurangan pasokan oksigen medis. Hingga Minggu (4/7), Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito di Sleman, DI Yogyakarta mencatat 63 pasien yang meninggal, diduga disebabkan habisnya pasokan oksigen.
Dengan kondisi pandemi yang masih terus meningkat, pemerintah memutuskan memperpanjang PPKM Darurat yang kini menjadi PPKM Level 4 hingga 2 Agustus. Pada beberapa pekan terakhir Juli, Presiden Joko Widodo mulai melonggarkan sejumlah ketentuan PPKM seiring kasus positif mengalami penurunan.
Penurunan kasus mulai terdeteksi semenjak 15 Juli, meskipun grafiknya masih naik turun. Tercatat kasus terendah setelah tanggal tersebut pada 26 Juli dengan 28.228 kasus. Terakhir kasus tercatat di angka 37.284 kasus pada 31 Juli.
Meskipun kasus terkonfirmasi mulai mengalami penurunan, grafik kasus kematian terpantau masih meningkat. Pada 31 Juli tercatat kasus meninggal mencapai 1.808 orang, belum jauh menurun dari rekor terakhir.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan salah satu alasan meningkatkan kasus meninggal diduga terjadi di luar rumah sakit. Ia mengatakan hal ini diproyeksi karena angka kematian meningkat seiring BOR menurun.
"Karena masih banyak penderita positif yang terlambat mengakses layanan RS, dan masih banyak yang isoman tetapi tidak mau dirujuk ke isolasi yang terpusat," kata Nadia kepada CNNIndonesia.com, Rabu (28/7).
(fey/agn)