Jasad Teridentifikasi, Anggota MIT Terlibat Banyak Pembunuhan
Jenazah teroris dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso yang tertembak pada 11 Juli teridentifikasi sebagai Qatar alias Farel alias Anas, salah satu buron yang diduga terlibat pembunuhan di sejumlah desa.
Diketahui, Qatar merupakan pimpinan di kelompok teroris tersebut yang disebut-sebut banyak bergerilya di sekitar Lembah Napu, Lore Timur.
"Jadi berdasarkan proses identifikasi yang dilakukan tim DVI dan Inafis disimpulkan kalau jenazah tersebut adalah Qatar," kata Kapolda Sulteng, Inspektur Jenderal Abdul Rakhman Baso kepada wartawan, Selasa (4/8).
Dia menjelaskan, dua jenazah lain yang teridentifikasi merupakan anggota MIT bernama Rukli dan Abu Alim alias Ambo. Mereka semua masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) kepolisian.
Baso mengatakan bahwa sejumlah saksi mengkonfirmasi bahwa Qatar merupakan salah satu pelaku yang terlibat dalam serangkaian aksi pembunuhan di sekitar Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi dan Desa Kalemago, Kabupaten Poso.
Dari informasi yang dihimpun, Qatar tercatat pernah berkuliah di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Bima, Nusa Tenggara Barat. Ia kemudian menjadi ikhwan JAT Bima sejak 2011.
Kemudian, pada September 2021 dia bersama teman-temannya datang ke Poso untuk memenuhi undangan Amir Askyari JAT Poso, Santoso alias Abu Wardah. Qatar diduga memiliki kemampuan kartografi dan mahir menggunakan GPS.
"Terungkapnya identitas kedua jenazah tersebut sekaligus menjawab rasa penasaran warga selama ini. Terlebih proses identifikasinya berlangsung agak lama. Berbeda halnya dengan proses identifikasi jenazah DPO lainnya," jelasnya.
Satgas Madago Raya, kata dia, saat ini masih terus melakukan pengejaran terhadap enam orang DPO yang tersisa di Poso.
Diperkirakan, kata dia, enam kelompok tersebut terpecah menjadi dua bagian dan bersembunyi di sekitar perbatasan Kabupaten Poso dengan Parigi Moutong.
Sebagai informasi, kelompok Qatar sebelumnya melakukan pembunuhan terhadap empat warga Desa Kalimango, Poso, Sulawesi Tengah pada Mei 2021 lalu. Mereka disergap oleh sekitar lima orang teroris di perkebunan.
Sebelumnya, Polri menyatakan terdapat upaya dari pimpinan MIT Ali Kalora untuk menyerahkan diri kepada aparat kepolisian. Namun demikian, dia diduga mendapat tekanan dari anggota kelompoknya yang lain terkait dengan keamanan keluarganya.
Sementara itu, Polda Papua memastikan kondisi korban penembakan polisi bernama Frits Sem (22) di wilayah Nimboran, Kabupaten Jayapura, Papua telah stabil pada Selasa (3/8).
"Komitmen kami, korban harus selamat. Alhamdulillah kondisinya saat ini stabil dan ketua Komnas HAM (Papua) juga melihat keadaan korban dengan sendiri," kata Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Papua Kombes Nariyana kepada wartawan.
"Untuk kondisinya saat ini sadar. Sedangkan untuk operasi pengangkatan rekoset butuh waktu empat jam," tambah dia.
Sebagai informasi, penembakan ini terjadi pada Selasa (3/8). Polisi mengatakan awalnya korban diduga terlibat dalam aksi pemalakan di wilayah Nimboran.
Anggota mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) untuk mengamankan pelaku. Namun, pelaku memberi perlawanan dengan menggunakan linggis.
Personel kepolisian pun memberikan tembakan peringatan ke atas. Pemalak itu tetap melakukan perlawanan sehingga ditembak oleh petugas.
Peristiwa itu menyulut kemarahan keluarga korban. Sekitar pukul 13.00 WIT, massa mendatangi Polsek Nimboran dan melakukan pengrusakan hingga pembakaran.
(mjo/arh)