HUT RI KE-76

Persaingan Calon Panglima Tentara Urip KNIL vs Sudirman PETA

CNN Indonesia
Selasa, 17 Agu 2021 13:05 WIB
Ancaman perang di depan mata, sementara Indonesia belum punya struktur organisasi tentara yang rapi. TKR pun dihadapkan pada situasi alot penunjukan panglima.
Ancaman perang di depan mata, sementara Indonesia belum punya struktur organisasi tentara yang rapi. TKR pun dihadapkan pada situasi alot penunjukan panglima. Foto: Arsip Antaranews

Pemerintah tahu bekas tentara PETA di Jawa Tengah dan Jawa Timur tidak senang jika dipimpin eks KNIL. Karenanya, Urip diberi jabatan Kepala Staf TKR untuk menjaga perasaan, sementara jabatan Panglima atau Menteri Keamanan Rakyat yang lebih tinggi dipercayakan kepada Supriyadi mantan PETA.

Namun, penunjukan Supriyadi sang legendaris pun hanya simbolis, karena tak pernah muncul. Supriyadi hilang sejak pemberontakan di Blitar bersama prajurit PETA bawahannya Februari 1945. Walhasil, Urip jadi punya wewenang besar.

Namun kepemimpinan Urip tak berjalan mulus. Dalam buku berjudul TNI Jilid 1 karangan Jenderal A.H. Nasution, disebutkan bahwa saat itu banyak pimpinan TKR di daerah eks PETA yang tidak mengakui kepemimpinan Urip dan mengabaikan instruksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memang ada jurang psikologis antara opsir-opsir PETA dan KNIL dewasa itu," tulis Nasution yang merupakan mantan KNIL.

Pemilihan Panglima

Inggris dan Belanda bergerak semakin dalam ke berbagai wilayah untuk membebaskan tawanan perang yang ditahan Jepang. Tak sedikit tawanan yang dipersenjatai ulang, sehingga membuat mereka semakin kuat. Markas Besar TKR di Jakarta pun telah mereka duduki.

Dalam situasi genting tersebut, para Perwira TKR meminta pemerintah segera mengangkat panglima tentara atau menteri keamanan. Pemerintah tak menggubris. Urip gerah. Dipanggil lah semua panglima divisi dan resimen TKR untuk menghadiri rapat di Yogyakarta pada 12 November 1945.

Pokok pembicaraan yang pertama dan utama yakni soal jabatan pimpinan atau panglima tentara dan menteri urusan keamanan. Wakil dari Surabaya tak hadir karena terlibat perang hebat dengan Inggris sejak 10 November.

Abdul Haris Nasution menceritakan bahwa dalam rapat terungkap sebagian besar pimpinan TKR tak mau Urip mengisi jabatan tertinggi. Hal itu terlihat dari pemungutan suara. Sudirman mengungguli Urip. Dalam rapat itu kemudian disepakati Sudirman bakal diusulkan menjadi panglima tentara.

Urip kecewa lalu mengundurkan diri dari Kepala Staf TKR. Kekalahan Urip tak lepas dari jumlah mantan PETA yang lebih banyak ketika ikut pemungutan suara.

Ulf Sundhaussen dalam buku Politik Militer Indonesia mengatakan Urip kecewa karena merasa lebih berpengalaman dan lebih senior. Urip saat itu berusia 51 tahun, sementara Sudirman baru 33 tahun.

Urip merupakan perwira staf yang mumpuni dalam keorganisasian. Namun latar belakang sebagai mantan perwira KNIL membuatnya dicurigai. Apalagi dulu pernah bersumpah setia pada Ratu Belanda yang kini ingin menguasai kembali Indonesia usai Jepang menyerah.

Berbeda halnya dengan Sudirman. Mantan guru sekolah Islam itu disenangi banyak perwira muda terutama dari kalangan PETA yang mendominasi komposisi TKR.

"Sudirman juga punya pengetahuan yang dalam mengenai mistik dan nilai tradisional Jawa sehingga punya daya Tarik bagi korps perwira Jawa yang besar jumlah anggotanya," tulis Sundhaussen.

Kembali Mengabdi

Usai mundur dari Markas Besar TKR, masa menganggur Urip hanya sebentar. Pada Januari 1946, Urip dipercaya pemerintah memimpin panitia besar untuk reorganisasi tentara. Dia diminta memberikan usulan untuk meningkatkan efisiensi.

Konsep selesai dibuat Urip dan timnya dalam beberapa bulan. Kabinet sangat menyukai rekomendasi Urip. Dia masih dikagumi dan dianggap sebagai orang yang tak tergantikan dalam urusan pengorganisasian tentara.

Kabinet lantas mengangkat Urip kembali sebagai Kepala Staf Tentara. Dalam rapat tentara ada 23 Mei 1946, semua perwira pun menyambutnya kembali. Termasuk dari kalangan eks PETA yang dulu mengabaikannya.

Semua kagum dengan Urip. Meski sempat tidak dipercaya menjadi panglima, tetapi tetap mau memberikan rekomendasi tentang organisasi tentara yang lebih baik.

Sudirman dan Urip lalu berduet memimpin tentara republik selama beberapa tahun. Keduanya berperan penting dalam mempertahankan kibaran bendera Merah Putih kala pimpinan politik seperti Sukarno, Hatta dan Sjahrir ditangkap Belanda.

Urip wafat pada 17 November 1948 di Yogyakarta akibat serangan jantung di usianya yang ke-55. Sementara Sudirman meninggal dunia 29 Januari 1950 di Magelang di usia 34 tahun. Keduanya telah ditetapkan menjadi pahlawan nasional.

(bmw)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER