Walhasil, para pemuda yang berkumpul melakukan sesuatu yang penting: pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia di hadapan ratusan orang yang telah berkumpul.
"Yang membacanya namanya dr. Soedarsono didampingi Maroeto Nitimihardjo. Mereka adalah orang-orang dari gerakan bawah tanah Sjahrir yaitu para pemuda anti Jepang. Sering disebut PNI Pendidikan," kata Sejarawan Universitas Padjadjaran Widyo Nugrahanto saat dihubungi CNNIndonesia.com.
Lihat Juga :HUT Kemerdekaan RI ke-74 Empat Hari Mencekam Jelang Proklamasi Kemerdekaan 1945 |
![]() Sukarno dan Mohammad Hatta lebih suka menunggu isyarat Jepang sebelum memproklamasikan kemerdekaan |
Widyo Nugrahanto atau yang akrab disapa Anto menyebut Sjahrir sebenarnya mengirim teks proklamasi kepada kelompok pemuda di Ciledug dan Cirebon. Namun, hanya di Cirebon yang dibacakan oleh pemuda binaan Sjahrir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Proklamasi waktu itu dibacakan di lapangan Kejaksan Cirebon dan disaksikan sekitar 150 orang. Kebanyakan yang menyaksikan dari anggota kader-kader Sjahrir di Cirebon," kata Anto.
Anak angkat Sjahrir, Des Alwi pernah menyampaikan bahwa teks proklamasi dibuat oleh Sjahrir bersama aktivis bawah tanah. Dalam biografi Sjahrir karangan Rudolf Mrazek disebutkan bahwa teks proklamasi buatan Sjahrir memuat sekitar 300 kata.
Teks proklamasi itu sendiri hilang. Sudah tak diketahui isi lengkap dari teks yang dibacakan di Cirebon. Kini hanya tinggal Tugu Kejaksaan Cirebon. Saksi bisu pembacaan proklamasi 15 Agustus.
Gema dari pembacaan proklamasi kemerdekaan di Cirebon pun seolah tak terasa. "Dampaknya tidak besar karena ketika itu orang Indonesia lebih percaya Soekarno-Hatta daripada Sjahrir," kata Anto.
Dua hari berselang, Sukarno dan Hatta membacakan proklamasi di Jakarta. Sjahrir tidak hadir.