Komisaris Transmedia Ishadi SK dianugerahi Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta pada Kamis (12/8).
Bintang Jasa Utama merupakan penghargaan tertinggi untuk menghormati seseorang atas jasa dan perjuangannya terhadap negara dan bangsa pada bidang, peristiwa, atau hal tertentu.
Dr. Ishadi Soetopo Kartosapoetro, M.Sc atau dikenal sebagai Ishadi SK adalah wartawan senior dan pakar televisi Indonesia. Ishadi menempati berbagai posisi penting berkait penyiaran di dalam dan luar pemerintah.
Pria kelahiran Majene, 30 April 1943 itu menempuh pendidikan dan pelatihan di Yogyakarta, Jakarta, Ohio, Manila, dan Koln.
Sejarah profesionalnya sebagai pewarta TVRI dimulai pada 1967 saat bekerja sebagai reporter untuk TVRI Stasiun Yogyakarta. 20 tahun sesudahnya berkat karier yang menanjak pesat, Ishadi menduduki jabatan sebagai Direktur TVRI Pusat (1987-1992).
Saat menjabat pada kursi puncak TVRI ini, Ishadi mendorong dan menggagas berbagai ide inovatif untuk menggaet lapisan pemirsa baru TVRI dan melunturkan kesan "sekadar kanal pemberitaan pemerintah".
Acara seni, budaya dan film menjadi andalan TVRI dan tahun-tahun tersebut banyak disebut sebagai masa jaya TVRI di panggung siaran nasional.
Berikutnya Ishadi ditunjuk menempati jabatan Direktur Jenderal pada Ditjen Radio dan Televisi dan Film (RTF) pada 1998 dan Kepala Dewan Pengawas TVRI (2000-2001).
Saat diberhentikan dari kursi direktur TVRI dan kemudian Dirjen RTF tahun 1998, beredar banyak versi yang berspekulasi tentang sebab-musabab penggantian jabatannya.
Sebagian menyebut tentang ketidaknyamanan penguasa dan keluarga Cendana yang tersinggung karena siaran TVRI yang dianggap terlalu bebas sebagian menduga ada intrik kekuasaan dan perebutan hak siar stasiun televisi swasta yang tengah diperebutkan saat itu.
Tapi Ishadi, birokrat kawakan yang sudah puluhan tahun malang-melintang di bawah pemerintahan Presiden Suharto, menerima perintah dengan legawa dan tenang. Apa pun jabatan yang diserahkan padanya dijalankan dengan semangat inovasi dan misi perbaikan kualitas.
Karier penyiarannya kemudian justru berlanjut di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) milik Tutut Rukmana Suharto dari klan Suharto yang sebelumnya diduga justru menjadi sebab pergantiannya dari posisi Direktur TVRI dan Dirjen RTF.
Dipercaya menduduki jabatan Direktur Operasional, Ishadi kembali ke dunia yang dicintainya menciptakan program siaran yang disukai publik.
Karier puncaknya kembali diukir sejak 2001, saat Chairul Tanjung, seorang pengusaha yang sebelumnya fokus pada bidang perbankan dan ritel, merambah masuk dunia televisi.
Ishadi dan beberapa tokoh senior televisi Indonesia bergabung dan membidangi lahirnya TransTV. Tujuh tahun kemudian, ia didapuk menjabat sebagai Komisaris Trans TV dan Trans 7.
Di Trans TV, Ishadi all out mendorong inovasi dan pembaruan model penyiaran televisi swasta tanah air.
Cita-citanya menempatkan stasiun televisi di Tendean ini sebagai stasiun nomor satu di Indonesia tercapai dengan program-program unggulan seperti Ceriwis, Extravaganza, dan sejumlah acara yang dianggap "berbeda" dari kebanyakan kanal televisi lain.
TransTV bukan satu-satunya yang dibidani Ishadi di Tendean. Berikutnya lahir Trans7, dan berbagai kanal pemberitaan layar gelas dengan hak siar dari mancanegara termasuk CNN Indonesia dan CNBC.
Hingga usianya kini yang mencapai 78 tahun, Ishadi SK masih setia duduk sebagai suporter dan pengarah program siaran yang inovatif dan disukai pemirsa.
Tak heran kalau kakek tiga cucu yang masih gemar naik sepeda ke kantor ini dijuluki sebagai Ted Turner-nya Indonesia.
(fef)