Survei: Mayoritas Perempuan di 6 Kota Tak Tes Covid Mandiri

CNN Indonesia
Sabtu, 14 Agu 2021 13:33 WIB
Survei INFID menyebut sebagian besar perempuan di enam kabupaten/kota tak melakukan tes mandiri Covid-19 karena merasa tak punya gejala.
Ilustrasi tes swab. (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Hasil survei organisasi sipil di bidang pembangunan, International NGO Forum on Indonesia Development (INFID), menunjukkan mayoritas perempuan di enam kabupaten/kota tak melakukan tes mandiri Covid-19.

Peneliti dari Lembaga Demografi Universitas Indonesia (UI) Alfindra Primaldhi mengatakan keengganan warga untuk tes mandiri Covid-19 mencakup pribadi maupun keluarga.

"Untuk temuan terkait dengan pandemi Covid-19, ini gelombang pertama ya. Mayoritas responden itu tidak melakukan tes mandiri," kata Alfindra dalam paparannya, Jumat (13/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Survey dilakukan di enam kabupaten/kota. Masing-masing yakni, Semarang, Malang, Padang, Surabaya, Makassar, dan Kabupaten Tangerang. 

Dikutip dari laporan survei INFID dan Kurawal Foundation, "kesadaran untuk melakukan testing Covid mandiri pada responden maupun anggota keluarganya masih rendah. Lebih dari setengah responden (66%) di Makassar, Malang, dan Semarang tidak melakukan testing."

Berdasarkan survei tersebut, rendahnya kesadaran tes mandiri sejumlah responden lantaran merasa tak pernah mengalami gejala Covid-19.

Dikutip dari laporan INFID, kebanyakan dari responden di 6 daerah (>86%) tidak pernah merasakan atau mengalami gejala terpapar Covid-19. "Sehingga kebanyakan dari mereka mengaku bahwa dirinya dan keluarganya tidak pernah melakukan tes COVID19 (>54%)."

"Tapi ini tidak, menutup pentingnya untuk melakukan tes mandiri. Karena kita tahu bahwa banyak sekali, cukup banyak penderita Covid itu yang tidak menunjukkan gejala tapi, mereka masih bisa menularkan," kata Alfindra.

Sementara, lanjut Alfindra, sebagian warga sisanya yang masih bersedia melakukan tes mandiri, memilih untuk menggunakan rapid tes ketimbang swab PCR maupun antigen. Menurut dia, hal itu terjadi karena rapid tes antigen relatif lebih murah dua model dua tes lainnya.

Oleh sebab itu, dia meminta pemerintah turun tangan mengatasi harga tes Covid-19 yang mahal di lapangan. Sebab, menurutnya, laju penyebaran kasus selama ini boleh jadi karena harga tes yang terlalu mahal.

"Karena pentingnya untuk bisa mengetahui status kesehatan seseorang ini dihambat dengan biaya yang dikeluarkan untuk bisa mengetahui itu. Selain meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tes mandiri," kata dia.

Survey INFID ini dilakukan pada Mei-Juni 2021. Total jumlah responden sebanyak 540 warga dengan pembagian 90 responden untuk setiap wilayah di enam kabupaten kota.

Infografis Beda GeNose, Rapid Antigen dan Swab PCR untuk Tes Covid-19Infografis Beda GeNose, Rapid Antigen dan Swab PCR untuk Tes Covid-19. (Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian)

Responden dipilih berdasarkan metode purposive sampling untuk menggali pengalaman responden yang semuanya merupakan perempuan dalam penelitian tersebut.

"Dengan metode ini, maka statistik deskriptif yang dihasilkan sebagai luaran penelitian hanya menggambarkan pengalaman dari responden, dan tidak bisa digeneralisasikan di tingkat populasi di enam lokasi penelitian," kata Alfindra.

Sedangkan, enam kabupaten kota tersebut dipilih karena sempat menjadi episentrum penyebaran Covid-19, dan mewakili masing-masing provinsi, yakni Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Timur.

WHO dan sejumlah pakar sudah sejak lama menyoroti pentingnya pengetesan terhadap sebanyak mungkin penduduk untuk memetakan sebaran Covid-19. Namun, berdasarkan data Worldometer, Indonesia menduduki peringkat 156 dalam hal tes per 1 juta penduduk. 

Per hari ini, Jumat (13/8), jumlah spesimen yang diperiksa mencapai 226.031 sampel. Sebelumnya, pemerintah mematok target 324 ribu orang dites per hari hanya untuk di Jawa dan Bali.

"Kami sendiri akan terus meningkatkan testing ini seusai arahan Menko dan Presiden sampai 300-400 ribu per hari yang penting kita tahu supaya kita tangani cepat," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Senin (2/8).

(thr/arh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER