Kementerian Sosial menerapkan paradigma baru dalam pengelolaan data kemiskinan. Menteri Sosial Tri Rismaharini meminta jajarannya untuk merekam profil penduduk miskin dari berbagai pendekatan, bukan hanya berdasarkan ukuran statistik.
Risma menyebut, kemiskinan memiliki banyak dimensi. Selain aspek ekonomi masyarakat, reformasi dalam bidang penanganan kemiskinan perlu mempertimbangkan aspek budaya dan sosial. Karena itu, Kemensos membutuhkan parameter baru agar strategi penanganan kemiskinan berjalan lebih efektif.
Dia menegaskan, pemerintah perlu membedah lebih dalam tentang mengapa seseorang mengalami kemiskinan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada budaya yang hidup di tengah masyarakat kita dimana seseorang hanya bekerja 3 jam dalam sehari, mulai jam 07.00 sampai jam 10.00. Padahal secara normal, biasanya kita bekerja 8 jam sehari. Ya tentu saja dengan 2-3 jam bekerja, produktifitasnya tidak bisa diharapkan lebih tinggi," kata Risma pada Sabtu (14/08).
Keterbatasan pada penguasaan alat produksi turut diduga menjadi penyebab kemiskinan. Misalnya, petani yang tidak memiliki sawah atau nelayan dengan akses terbatas terhadap perahu. Menurut Risma, fakta-fakta ini tak dapat diselesaikan dengan bantuan sosial, namun membutuhkan intervensi dengan pendekatan yang sesuai seperti edukasi atau dukungan alat produksi.
"Saya meminta Puskesos- SLRT di seluruh pelosok tanah air menjadi garda depan yang membantu Kemensos untuk memberikan gambaran lebih lengkap. Saya minta mereka memberikan analisa lebih tajam, supaya strategi penanganan kemiskinan berjalan pada jalur yang lebih tepat," kata Risma.
Selain itu, Kemensos juga mengembangkan sinergi dengan berbagai perguruan tinggi guna menyusun parameter yang lebih tajam. Risma pun mendorong peran Puskesos menjadi bagian dari layanan rujukan satu pintu di tingkat desa yang merupakan miniatur SLRT di tingkat kabupaten dan kota.
Risma berharap, Puskesos dapat mendekatkan layanan SLRT dengan masyarakat pedesaan, sekaligus menjadi salah satu perwujudan kehadiran negara di tingkat desa.
Pada masa pandemi saat ini, Puskesos-SLRT berhasil menunjukkan peran terkait penanganan dampak Covid-19, mulai dari sosialisasi protokol kesehatan, bantuan sosial, membantu memvalidasi data penerima bansos, hingga menjadi posko aduan penanganan bansos.
Mekanisme yang dibangun Puskesos-SLRT itu menghubungkan seluruh pemangku kepentingan dalam program perlindungan sosial yang mendorong keterpaduan data, informasi, serta layanan. Ke depannya, Risma menegaskan agar penanganan masalah sosial dilakukan melalui kolaborasi dan sinergitas.