AHY soal Dana Infrastruktur Tinggi saat Pandemi: Tak Relevan

CNN Indonesia
Senin, 23 Agu 2021 21:45 WIB
Ilustrasi pembangunan infrastruktur. (Foto: ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyindir kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo yang membuat anggaran infrastruktur lebih besar dibandingkan anggaran kesehatan meski dalam keadaan pandemi Covid-19.

AHY mengatakan sulit menerima masih ada pihak yang mempertahankan agenda tak mendesak. Padahal, Indonesia sedang menghadapi ancaman serius terhadap kesehatan publik.

"Selain tidak relevan, juga sebenarnya masih bisa ditunda karena tidak mengandung kegentingan yang memaksa. Misalnya, struktur belanja pemerintah dalam pembangunan infrastruktur ternyata masih lebih tinggi dibanding alokasi anggaran kesehatan," kata AHY saat menyampaikan pidato kebangsaan pada peringatan 50 tahun Centre for Strategic and International Studies (CSIS) di kanal YouTube CSIS Indonesia, Senin (23/8).

Dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2021, pemerintah menganggarkan Rp326,4 triliun untuk kesehatan. Di saat yang sama, pemerintah menggelontorkan Rp417,4 triliun untuk pembangunan infrastruktur.

Untuk tahun depan, anggaran buat infrastruktur turun menjadi Rp384,8 triliun. Namun, angka itu masih lebih tinggi dari anggaran kesehatan yang hanya di angka Rp255,3 triliun.

AHY berpendapat seharusnya pemerintah memprioritaskan kesehatan untuk menuntaskan pandemi Covid-19. Ia berharap pemerintah mengalokasikan dana lebih banyak untuk fasilitas dan tenaga kesehatan.

"Yang harusnya menjadi prioritas nomor satu adalah meningkatkan kapasitas rumah sakit, beserta segala fasilitas pendukungnya, memperkuat kapasitas tenaga kesehatan, serta menambah pasokan vaksin dan mempercepat distribusinya," ujar putra sulung Presiden RI ke-6 SBY itu.

Ia juga mengingatkan pemerintah tetap memprioritaskan pada masalah kesehatan dalam penanganan pandemi Covid-19.

"Pada akhirnya, tidak ada yang lebih berharga dari nyawa manusia. Ekonomi bisa dipulihkan secara bertahap, tapi manusia yang mati tidak bisa dihidupkan kembali," ucapnya.

Angka Kematian Jangan Dianggap Statistik Semata

AHY juga meminta semua pihak tidak menganggap angka kematian pasien Covid-19 hanya sebagai statistik. Ia berkata selalu ada kesedihan keluarga korban di balik angka-angka tersebut.

AHY menyoroti jumlah kematian yang selalu tinggi setiap hari. Bahkan, 1.180 orang meninggal dunia saat Indonesia memperingati 76 tahun kemerdekaan pada 17 Agustus lalu.

"Angka kematian tidak boleh dianggap sebagai data statistik semata. Di balik setiap kematian, ada duka nestapa, rasa kehilangan, serta kesedihan yang mendalam dari keluarga tercinta yang ditinggalkan," kata AHY.

AHY berkata sejak awal selalu mengingatkan pemerintah untuk tidak gagal fokus dalam menangani pandemi Covid-19. Ia menyebut pemerintah perlu membedakan mana api (krisis kesehatan) dan asap (ekonomi) dalam pandemi Covid-19.

"Pada akhirnya, tidak ada yang lebih berharga dari nyawa manusia. Ekonomi bisa dipulihkan secara bertahap, tapi manusia yang mati tidak bisa dihidupkan kembali," ujar AHY.

Hingga Senin (23/8), sebanyak 127.214 orang meninggal dunia akibat Covid-19.Indonesia selalu melaporkan angka kematian akibat Covid-19 di atas 1.000 orang setiap hari sejak 16 Juli.

Pada Selasa (27/7), angka kematian pasien Covid-19 menyentuh jumlah tertinggi selama pandemi Covid-19. Hari itu, 2.069 orang meninggal dunia akibat Covid-19 dalam sehari.

Sebelumnya, Presiden Jokowi mengungkapkan ada enam poin yang menjadi fokus pemerintah dalam menyusun kebijakan fiskal 2022.

Dua di antaranya adalah melanjutkan upaya pengendalian Covid-19 melalui serangkaian kebijakan dengan memprioritaskan aspek kesehatan serta pembangunan infrastruktur pembangunan yang telah ditetapkan pemerintah, juga meningkatkan adaptasi teknologi.

(dhf/dal)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK