Warga Seram Protes Pemadaman Listrik: Hanya 5 Jam, Sengsara
Sejumlah warga Taniwel Timur, Seram Bagian Barat, Maluku, menggelar unjuk rasa di kantor PT PLN (Persero) Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Rabu (8/9). Mereka memprotes soal akses listrik yang hanya menyala lima jam di daerah terpencil itu.
"Listrik di sana hanya lima jam, kami sengsara, kami minta merdeka, bapak ibu tak merasakan betapa sakitnya rakyat di Taniwel," pekik seorang orator, Anjelin Meute melalui pengeras suara. Dia tak peduli hujan mengguyur di titik aksi.
Massa aksi berjalan kaki menuju gedung PLN di Jalan Ponigoro, Ambon, dengan membawa spanduk bertulisan "Kami Minta Merdeka dari PLN Ranting Taniwel Timur". Belasan poster juga dibentangkan saat aksi.
Enjelin mengatakan ada 12 Desa di Kecamatan Taniwel Timur terkena dampak pemadaman listrik setiap hari. Mulai dari Desa Uwen Pantai hingga Desa Waraloin perbatasan Desa Pasanea Maluku Tengah. Jumlahnya sekitar 3.000 warga miskin di pesisir pantai hingga pegunungan Taniwel.
"Kami kesal hanya dialiri listrik 5 jam yang biasanya 12 jam," tuturnya.
Warga lain, Ferli Haya kecewa terhadap pemangkasan jam operasional dari 12 jam menjadi 5 jam saja. Dia mengatakan listrik hanya menyala siang, sedangkan pada malam hari listrik padam.
"Kalau siang lampu menyala, namun tak bertahan lama sudah padam, semantara malam tak menyala mulai dari jam 7 sore hingga jam 6 pagi," keluhnya.
Ia pun meminta PLN segera menerangi perkampungan mereka 1x24 jam. Kalaupun tak bisa menyanggupi 24 jam, ia berharap setidaknya listrik bisa menyala 18 jam seperti desa-desa lain di Maluku.
"Kami warga siap membayar asalkan listrik menyala 18 jam, listrik 5 jam saja, kami mampu membayar," ujarnya.
Ia mengungkapkan selama Indonesia merdeka, masyarakat Seram Barat belum merasakan fasilitas penerangan sepenuhnya dibandingkan daerah-daerah lain.
Menurutnya, pemangkasan jam operasional listrik dilakukan PLN secara sepihak tanpa melakukan sosialisasi terhadap masyarakat.
Warga juga mendesak pimpinan PLN Maluku dan Maluku mencopot pemimpin PLN Rayon Taniwel Timur karena dinilai tak mempedulikan akses listrik yang dibutuhkan warga.
"Pekerjaan yang bersangkutan hanya menembak hewan di hutan, tak pernah merespons keluhan warga soal lampu tak menyala," ucapnya.
Sementara itu, Manajer Komunikasi PT PLN (Persero) Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Hairul Hatala, sempat menemui massa aksi. Dia meminta para pedemo bersabar karena pihaknya sedang melakukan koordinasi dengan Senior Manajer Bidang Pembangkitan Maluku dan Maluku Utara.
Senior Manajer Bidang Pembangkitan Awat Tula Ula mengaku pihaknya belum bisa memberikan pelayanan aliran listrik 24 jam karena masih terkendala infrakstruktur kelistrikan seperti penyediaan mesin, tangki dan bahan bakar minyak (BBM).
"Fasilitas-fasilitas ini disiapkan terlebih dahulu untuk menopang listrik menyala 24 jam," kata Awat saat menerima massa aksi di kantornya.
Awat mengklaim tak ada pemangkasan jam operasional dari 12 jam menjadi 5 jam. Sebab menurutnya, suplai BBM untuk listrik dari Ambon ke Taniwel cukup tersedia.
"Jadi kalau pemakaian listrik 12 jam, minyak yang suplai sesuai dengan pemakaian, jadi tak ada masalah pada BBM," ujarnya.
Saat ini, kata Awat, pihaknya tengah fokus membersihkan jaringan dan pelanggan listrik di Kecamatan Taniwel. Ia berjanji masalah kelistrikan di dataran Taniwel Timur segera teratasi.
"Kami juga meminta warga yang menemukan petugas nakal di lapangan segera melapor," katanya.