Fenomena Aneh Pasien Covid CT Value 1,8, Kemenkes Buka Suara
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) masih menunggu hasil pemeriksaan spesimen dari kelompok Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang baru pulang ke Jawa Timur baru-baru ini.
Pemeriksaan Whole Genome Sequence (WGS) dilakukan merespons hasil Cycle Threshold (CT) seorang pasien menunjukkan nilai sangat rendah, berada di angka 1,8.
Temuan itu dinilai mengkhawatirkan oleh Tim medis di rumah sakit darurat Covid-19 Surabaya, atau Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI), lantaran menjadi indikasi ditemukannya kasus mutasi virus SARS-CoV-2 baru.
"Belum [indikasi varian baru], masih menunggu, harus diperiksa genome sequencing ya," kata Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Kamis (9/9).
Nadia mengatakan, CT value rendah belum bisa menjadi acuan pasti bahwa pasien Covid-19 terpapar atau melahirkan varian baru. Kemenkes sebelumnya menetapkan, apabila CT value bernilai di bawah 30, maka spesimen mereka akan diperiksa menggunakan WGS.
CT value merupakan indikator yang dapat menunjukkan banyaknya muatan virus dari sampel yang diambil dari hasil spesimen seorang pasien. Apabila nilainya rendah, maka jumlah virus Covid-19 yang ada semakin banyak. Dan sebaliknya, jika nilai CT value cenderung tinggi, berarti jumlah virus di dalam tubuh sedikit.
"Ini masih harus dipastikan dengan WGS. Tentu pemeriksaan WGS bisa memastikan virus Covid-19 varian apa, apakah benar varian baru," jelas Nadia.
Tim medis RSLI baru-baru ini menemukan fenomena aneh dari sejumlah pasien Covid-19 yang tengah dirawat di sana, berupa CT value rendah.
Penanggungjawab RSLI, Laksamana Pertama dr Ahmad Samsul Hadi mengatakan usai menemukan hasil yang rendah, tim pun mengulang tes usap metode PCR ke pasien tersebut hingga 12 hari yang bersangkutan dirawat.
Namun, sambungnya, CT value pasien tersebut masih tetap menunjukkan angka 1,8. Tak hanya pada satu orang, Samsulhadi menyebut hasil CT value yang rendah juga ditemukan di sejumlah pasien PMI lain. Angka CT Value yang rendah itu terus bertahan bahkan hingga hari ke-10 mereka dirawat.
Senada, Dokter Penanggung Jawab Pelayanan RSLI, Fauqa Arinil Aulia, mengatakan bahwa pihaknya akhir-akhir ini menemukan sejumlah pasien dengan CT value yang rendah cenderung ekstrem.
Temuan itu, bahkan bertentangan dengan temuan dan teori kasus-kasus Covid-19 yang ditemukan sebelumnya di RSLI. Di mana CT value pasien akan bertahap naik dan membaik menjelang pekan ke-2 dirawat.
(khr/wis)