Epidemiolog Ragukan Klaim Pemerintah Tak Ada Varian Mu di RI

CNN Indonesia
Kamis, 09 Sep 2021 13:40 WIB
Epidemiolog menilai pemerintah masih kurang masif dan lemah dalam melakukan teknik pencarian strain virus dengan metode Whole Genome Sequence (WGS).
Ilustrasi pandemi covid di dunia. (AFP/NHAC NGUYEN)
Jakarta, CNN Indonesia --

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman memperkirakan mutasi virus SARS-CoV-2 varian B.1621 atau yang dikenal dengan varian Mu telah menjangkiti Indonesia. Hal itu diperkirakan terjadi lantaran virus tersebut telah teridentifikasi sejak Januari 2021 di Colombia.

Dicky sangsi bahwa pemerintah mengklaim varian Mu belum ditemukan di Tanah Air. Ia menyebut, pemerintah masih kurang masif dan lemah dalam melakukan teknik pencarian strain virus dengan metode Whole Genome Sequence (WGS).

"Kalau melihat potensinya bahwa varian Mu ini sudah ada di Indonesia, itu besar ya kemungkinan. Karena varian ini sudah ditemukan sembilan bulan lalu," kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (9/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dicky mengatakan, meski surveilans WGS di Indonesia mulai meningkat beberapa bulan belakangan, namun jumlah itu menurutnya belum cukup optimal untuk mengidentifikasi sebaran varian baru di tengah padatnya penduduk Indonesia.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes Kemenkes) berdasarkan update terakhir mencatat, sebaran kasus mutasi virus SARS-CoV-2 yang tergolong Variant of Concern (VoC)' alias varian yang diwaspadai oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) saat ini berjumlah 2.374 kasus di Indonesia.

WHO baru menetapkan ada empat varian yang masuk dalam kategori ini yaitu B117 Alfa, B1351 Beta, B1617.2 Delta, dan P1 Gamma, dan hanya P1 yang belum teridentifikasi di Tanah Air.

Adapun varian Delta ditemukan paling banyak dengan 2.266 kasus di Indonesia, disusul varian Alfa dengan 64 kasus, dan varian Beta 17 kasus. Secara keseluruhan, ribuan temuan varian itu teridentifikasi di Indonesia berdasarkan hasil tes WGS terhadap total 5.815 spesimen yang diperiksa.

Varian Mu, kata dia, memang masih ditetapkan WHO sebagai 'Variant of Interest (VoI)', yang merupakan kategori varian yang memiliki genome dengan mutasi yang menyebabkan perubahan asam amino yang terkait dengan kepekaan alat tes. Virus ini telah terdeteksi di banyak negara, hingga teridentifikasi menyebabkan penularan pada komunitas.

Kendati VoI, namun Dicky melihat varian Mu berpotensi berbahaya seperti varian Delta. Saat ini, varian Mu dinilai tidak berbahaya lantaran sifat penularannya yang tidak semasif varian Delta. Namun, Dicky menyoroti varian Mu yang masih diteliti terkait kemampuan dalam menurunkan efikasi vaksin covid-19.

"Jadi ada potensi misalnya varian Mu berubah menjadi VoC. Nah, ada kekhawatiran kalau misalnya varian ini dapat mengelabui hasil tes PCR dan Antigen, tentu itu bukan kabar baik," ujar Dicky.

Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi sebelumnya menegaskan, hasil pemeriksaan spesimen menggunakan metode WGS yang dilakukan pemerintah sejauh ini belum menunjukkan adanya sebaran varian Mu di Tanah Air.

Nadia mengatakan, pemerintah saat ini terus berupaya mengawasi pintu masuk di udara dan laut guna meminimalkan persebaran varian-varian baru ke Indonesia. Ia menyebut pemerintah juga bakal memperkuat pemeriksaan WGS guna lekas mengidentifikasi varian baru.

Varian ini pertama kali terdeteksi di Kolombia pada awal tahun lalu dan kini sudah menyebar ke 40 negara. Varian ini sudah menyebar hingga ke Amerika Serikat, beberapa bagian Eropa dan Amerika Selatan, termasuk Jepang.

(khr/ain)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER