Seorang warga korban penganiayaan oleh preman di Pasar Gambir, Kota Medan mengungkap kronologi penganiayaan yang dialami dirinya bersama suami pada awal September lalu.
Warga bernama Liti Wari Iman Gea itu sempat ditetapkan sebagai tersangka oleh kepolisian padahal korban dan dirawat di rumah sakit akibat peristiwa tersebut.
Nasib malang Gea itu bermula saat ia hendak membuka lapak dagangannya di suatu pagi di Pasar Gambir. Gea merupakan pedagang sayur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang laki-laki mendatangi Gea bersama suami yang baru saja tiba di pasar.
Kepada Gea, laki-laki yang belakangan diketahui bernama Benny itu meminta uang Rp500 ribu. Benny mengaku merupakan anggota suatu forum.
Gea menolak. Dia bilang tak punya urusan dengan forum tersebut karena telah membayar lapaknya kepada pemuda setempat lain.
Dia lalu pergi bersama suami untuk belanja di MMTC Medan. Tempat Gea biasa kulak dagangan. Namun, saat ia kembali sekitar pukul 09.00, Benny sudah menunggu mereka berdua.
Benny meminta agar Gea dan suami tak usah berjualan di Pasar Gambir karena hanya bikin sesak.
"Didekatinya aku, dibilangnya banyak kali mulutmu. Ditendang perutku ini dua kali," kata Gea menceritakan detik-detik penganiayaan itu di program Mata Najwa, Rabu (13/10). .
"Ku bilang, Bang, jangan sama perempuan kau kuat. Karena aku ini operasi sesar waktu melahirkan anak," kata dia lagi.
Gea tahu suaminya sudah tak bisa menahan amarah. Namun, ia meminta suaminya menahan diri dan pergi membawa barang ke lapak lain milik mereka di bagian dalam pasar.
Ia kembali melihat Benny yang tengah menelpon rekannya. Dugaannya tak salah.
Beberapa temannya kemudian berdatangan. Sekitar 3-4 orang. Salah satu teman Benny, tanpa ba-bi-bu langsung mencari dirinya yang masih kesakitan dan tersungkur.
"Mana ibu itu. Langsung ditendang, ditendang, dipijak-pijak aku di situ. Terus jatuh aku. Datang lah anak ku, yang 13 tahun ini menolong aku. Enggak terima orang itu, ditendang lagi itu".
Anak Gea turut menjadi korban pemukulan pagi itu. Gea yang bertubi-tubi dihajar mengalami luka di bagian kepala dan perut.
Dalam sebuah foto yang terlihat, Gea mengalami luka lebam di bagian pelipis dan sekitar mulut. Dia harus diopname dua hari di rumah sakit.
"Benjol kepala, ini semua nyonyok. Terus tanganku ini, bengkak gara-gara kayu. Di belakang lagi karena pakai kayu. Di perut. Di kaki," kata dia.
Sebelum menjalani perawatan, Gea masih mencoba melapor kepada Polsek Percut Sei Tuan. Polisi bertanya apakah Gea mengenal pelaku pemukulan.
Ia bilang tidak, namun ia ingat muka pelaku. Ia juga menyerahkan video peristiwa itu yang direkam oleh anaknya.
Salah satu polisi yang melihat video itu, langsung mengenali sosok pelaku.
"Diambil. Langsung ditengok. Dibilangnya, ini si Benny," tiru Gea.
Gea kemudian diminta melakukan visum ke Rumah Sakit Haji. Tak lama. Ia lantas kembali ke Polsek.
Di sana, ia sudah mendapati pelaku berada di Polsek. Namun, oleh polisi Gea dan keluarga diminta menunggu di teras.
Belakangan, diketahui Benny juga melaporkan dugaan penganiayaan yang dilakukan Gea. Keduanya saling melapor.
"Dibilang polisi itu, jangan melapor kau, karena sama-sama kalian melapor nanti dipenjara kau. Siapa mencari makan anak mu," tiru Gea.
Gea yang tak terima lalu menulis kekecewaannya di media sosial hingga viral dan mendapat banyak simpati.
Sejauh ini, Kanit Reskrim Polsek Percut Sei Tuan telah dicopot. Kapolsek Percut Sei pun tengah diperiksa dan terancam diberi sanksi serupa.
(thr/bmw)