Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengklaim mutasi virus corona (Covid-19) AY.4.2 atau varian Delta Plus sampai saat ini belum teridentifikasi di Indonesia. Pemeriksaan spesimen menggunakan metode Whole Genome Sequence (WGS) belum menunjukkan sebaran varian Delta Plus di Tanah Air.
Varian AY.4.2 merupakan subvarian dari strain varian Delta yang ditemukan pertama kali di Inggris. Varian tersebut merupakan turunan dari garis keturunan SARS-CoV-2 yang baru-baru ini frekuensinya telah meningkat di Inggris.
"Belum ditemukan di Indonesia ya melalui pemeriksaan di jaringan WGS," kata Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Jumat (22/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nadia mengatakan pemerintah terus berupaya mengawasi pintu masuk udara dan laut guna meminimalisir persebaran varian-varian baru. Ia menyebut pemerintah juga bakal memperkuat pemeriksaan WGS dalam mengidentifikasi varian baru.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 ini juga memastikan pemerintah akan terus memperketat pengawasan karantina baik WNI maupun WNA, menyusul dibukanya akses penerbangan untuk wisatawan dari 19 negara.
"Kalau pembukaan pintu masuk itu dengan syarat-syarat sebelum keberangkatan ya, dan juga saat kedatangan sudah termasuk dikarantina dan tes PCR," ujarnya.
Lihat Juga :![]() UPDATE CORONA 22 OKTOBER Rangkuman Covid: Klaster Ponpes-Sekolah, Ribut PCR Pesawat |
Rusia melaporkan sejumlah infeksi Covid-19 berasal dari varian AY.4.2 yang diyakini lebih menular dari pada varian Delta. Bahkan sejumlah peneliti menduga varian AY.4.2 ini menjadi salah satu penyebab infeksi Covid-19 yang terus meningkat dan mencapai rekor tertinggi di Rusia dalam beberapa waktu terakhir.
Varian AY.4.2 juga dilaporkan telah menyebar di Inggris serta terdeteksi di sejumlah negara bagian di Amerika Serikat. Varian AY.4.2 menjadi mutasi varian Delta yang dominan di Inggris, menurut laporan 15 Oktober dari Badan Keamanan Kesehatan Inggris.
(khr/fra)