PTM Terbatas, Anak Perlu Beradaptasi dengan Kebiasaan Baru

KPCPEN | CNN Indonesia
Rabu, 27 Okt 2021 10:43 WIB
Tak hanya kesiapan satuan pendidikan dan tenaga pendidik, adaptasi siswa terhadap penerapan kebiasaan baru di sekolah pun harus diperhatikan.
Ilustrasi PTM terbatas. Tak hanya kesiapan satuan pendidikan dan tenaga pendidik, adaptasi siswa terhadap penerapan kebiasaan baru di sekolah pun harus diperhatikan. (Foto: AP/Dita Alangkara)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menegaskan, kewenangan terkait penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas sepenuhnya berada di tangan pemerintah daerah setempat.

Pemerintah pusat sendiri telah mengizinkan PTM terbatas digelar di satuan pendidikan dalam wilayah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 1-3. Direktur Sekolah Dasar Kemendikbudristek Sri Wahyuningsih menegaskan, dalam pelaksanaannya, keselamatan tetap menjadi prioritas utama.

Tak hanya kesiapan satuan pendidikan dan tenaga pendidik, Sri menyatakan bahwa adaptasi siswa terhadap penerapan kebiasaan baru di sekolah pun harus diperhatikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tentunya, izin dari orang tua murid juga sangat mempengaruhi kelancaran PTM terbatas ini," ujar Sri dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN, Selasa (26/10).

Hal lain yang juga harus diperhatikan, mencakup penerapan protokol kesehatan (prokes) bagi setiap insan pendidikan, kesiapan satuan pendidikan mengikuti aturan sesuai SKB 4 Menteri, dukungan dari fasilitas kesehatan (faskes) setempat dalam pelaksanaan testing, juga pengawasan dari Satgas Covid-19, baik di level sekolah hingga kabupaten/kota.

Selain itu, upaya sosialisasi dan edukasi perlu terus digencarkan, baik secara berjenjang maupun melalui media daring dengan menyampaikan contoh-contoh baik dari satuan pendidikan yang telah melaksanakan PTM terbatas.

Sri menjelaskan, apabila ditemukan kasus positif Covid-19 di satuan pendidikan, sekolah perlu berkoordinasi dengan faskes terdekat untuk tindak lanjut sesuai standar yang ditentukan. Sementara apabila yang terkonfirmasi lebih dari 5 persen dari jumlah peserta didik dan guru, maka PTM harus dihentikan sampai proses 3T (testing, tracing, treatment) selesai dilakukan.

Sri mengakui, tak mudah memberi contoh baik kepada anak terkait penerapan kebiasaan baru. Karena itu, perilaku hidup bersih dan sehat sebaiknya ditanamkan dari hal-hal kecil.

"Terpenting adalah bagaimana membangun komitmen bersama untuk menyiapkan sekolah menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi anak. PTM terbatas hanya 2-3 jam di sekolah. Di luar jam tersebut, anak juga masih perlu contoh baik agar dapat beradaptasi," katanya.

Psikolog dan pemerhati anak Seto Mulyadi menyatakan hal serupa. Pada pelaksanaan PTM, semua pihak harus benar-benar memastikan kesiapan anak menjalani kebiasaan baru.

"Siap sarana sekolah harus diiringi dengan siap anak," tegas pria yang akrab dipanggil Kak Seto itu.

Menurut Kak Seto, sekolah dapat berperan dalam proses adaptasi anak melalui pemberian simulasi daring untuk pelatihan interaksi anak, termasuk dalam menjaga prokes. Sehingga ketika anak datang ke sekolah untuk PTM terbatas, mereka tidak banyak melakukan kesalahan.

Fasilitas daring, lanjutnya, juga dapat dimanfaatkan untuk mendorong anak memelihara komunikasi dan bersosialisasi dengan kawan sebaya. Komunikasi yang terjaga akan membuat anak lebih semangat menjalankan PTM terbatas.

"Manfaatkan daring tidak hanya untuk akademis, tapi juga misalnya untuk tatap muka antar siswa agar anak terus tertarik berkomunikasi dengan teman," tuturnya.

(rea)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER