Beredar Pamflet Nabi Kader PMII di Madura, Pengurus Minta Maaf

CNN Indonesia
Jumat, 29 Okt 2021 14:03 WIB
Ilustrasi media sosial. (Foto: istockphoto/ stockcam)
Pamekasan, CNN Indonesia --

Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Pamekasan Moh.Lutfi menyampaikan permintaan maaf usai beredar pamflet bertajuk 'Nabi Muhammad Sebagai kader PMII Sejati' di media sosial

Tulisan dalam pamflet itu diketahui merupakan sebuah tema kajian yang dilaksanakan PMII di tingkat rayon di bawah naungan komisariat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura.

Hal itu pun menuai polemik luas di media sosial. Dalam diskusi di sebuah grup WhatsApp, PMII banyak disayangkan karena dinilai kurang tepat dalam menentukan tema.

Lutfi berdalih bahwa pamflet yang beredar tersebut memiliki kesalahan penulisan alias typo. Ia kemudian mengirimkan pamflet yang baru hasil revisi sambil meminta maaf kepada semua pihak.

"Salah ketik dan sudah ada klarifikasi, biar publik tidak heboh. Bahwa pamflet yang kadung tersebar atau mungkin sengaja disebar itu, salah ketik bukan karena disengaja," kata Lutfi, dalam pernyataannya, Jumat (29/10).

Sebagai penguat, Lutfi mengirimkan video klarifikasi permohonan maaf yang berdurasi 2 menit 45 detik. Dalam video dijelaskan bahwa PMII tidak bermaksud melecehkan atau membandingkan Nabi Muhammad dengan siapapun.

"Kami menyampaikan permohonan maaf bila ada pihak-pihak yang dirugikan termasuk umat Islam," demikian klarifikasinya dalam video.

Terpisah, Anggota DPRD Pamekasan Ali Masykur meragukan kepantasan penyebutan Nabi Muhammad sebagai kader PMII.

"Pertanyaannya, lebih awal mana lahirnya PMII dengan baginda nabi? Kemudian alasan dan logika dari mana baginda nabi jadi kader PMII? lalu apakah mahasiswa tidak khawatir bila di kemudian hari ada kecaman dari sekelompok golongan?" cetus dia.

Politikus PPP itu juga meminta aktivis mahasiswa agar hati-hati dalam bermain logika berpikir, termasuk dalam hal mengaitkan Nabi Muhammad dengan PMII dalam sebuah tema kajian.

Apapun alasannya, kata dia, ini hanya akan melahirkan stigma negatif di masyarakat awam.

"Kami bukan mau menyalahkan, hanya bagaimana cara bermain logika berpikir bisa hati-hati. Sebab kalangan masyarakat bawah tentu ada sebagian yang belum bisa menjangkau pemikiran dan logika mahasiswa. Akibatnya hal-hal yang begini nanti bisa gaduh," kata Ali.

Menurut dia, tingkat pemikiran masyarakat masih sensitif bila bersentuhan dengan persoalan keyakinan atau akidah. Pihaknya pun meminta mahasiswa agar tidak asal membuat tema kajian hanya semata demi mencuri perhatian para kader.

(nrs/arh)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK