Cerita Warga Jakarta Bertahan dan Ketakutan Dikepung Banjir

CNN Indonesia
Selasa, 09 Nov 2021 16:27 WIB
Puluhan tahun warga Pejaten Timur, Jakarta Selatan, dilanda banjir. Sebagian mereka tak kaget lagi, sementara lainnya tetap ketakutan.
Banjir merendam di kawasan Kebon Pala, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (8/11/2021). (CNN Indonesia/ Adi Ibrahim)
Jakarta, CNN Indonesia --

Warga Kelurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan tetap bertahan di rumahnya meski banjir melanda kawasan itu selama puluhan tahun. Sebagian dari mereka tak kaget lagi, sementara lainnya tetap ketakutan.

Warga RT 7 RW 8, Dedi (59) sudah lebih dari 30 tahun hidup di bantaran Sungai Ciliwung. Ia mengaku tidak merasa kaget tiap kali banjir datang.

"Sudah enggak kaget lagi, biasa aja," kata Dedi saat ditemui di warung kelontong di rumahnya, Selasa (9/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah Dedi hanya berjarak beberapa puluh meter dari Jembatan Gantung Pasar minggu. Dari atas jembatan, bisa terlihat bahwa rumah Dedi berada di dataran yang lebih rendah, menjorok ke bawah dari Jalan Jembatan Gantung.

Dedi menyadari tempat tinggalnya merupakan daerah yang rawan bencana. Meski demikian, ia memilih tetap tinggal karena merasa sudah betah.

"Sudah betah di sini sih. Walaupun bagaimana, kalau masih panjang umur mah tetap di sini," ujar Dedi.

Sebagai orang yang sudah puluhan tahun terkena banjir, Dedi paham kapan banjir akan datang. Biasanya, Sungai Ciliwung akan meluap ketika turun hujan.

Bahkan kadang, kata dia, Sungai Ciliwung meluap meski Pejaten Timur tidak diguyur hujan. Banjir itu merupakan air kiriman dari kawasan Bogor dan Depok.

"Kalau mau musim banjir mah (asalkan) ada hujan aja. Hujan terus kiriman dari Bogor," ujar perantau asal Tasikmalaya itu.

Meski demikian, Dedi berharap bisa pindah jika memang disediakan tempat tinggal yang layak dan aman dari bencana.
Hanya saja, menurut Dedi, mencari tempat seperti itu sulit.

"Ya, kalau ada tempatnya sih mau. Soalnya susah cari tempatnya," tutur Dedi.

Berbeda dengan Dedi, salah satu warga Rt 7, RW 8 lainnya, Wesiah (40) mengaku tetap merasa ketakutan ketika banjir datang meski sudah tinggal di daerah rawan itu selama 30 tahun.

Saat melihat air meluap dan menenggelamkan daratan di tepi Ciliwung, Wesiah kerap membayangkan tsunami maupun banjir bandang yang ada di televisi.

"Ya, takut lah. Banjirnya kayak gitu, airnya pada tinggi, tetap takut," kata Wesiah.

Wesiah pernah tidak sempat menyelamatkan barang-barang di rumahnya saat menyadari genangan air sudah tinggi. Ia bergegas menyelamatkan anak dan cucunya yang masih kecil.

"Pada kabur lah air sudah sampai ke sini sudah tinggi jadi aku kabur, jadi kelelep itu semua enggak ditolongin. Enggak sempat itu (menyelamatkan barang-barang) soalnya takut kejebak," katanya.

Wesiah mengaku sebenarnya ia ingin pindah ke tempat yang lebih tinggi dan aman dari banjir. Namun, ia tidak memiliki cukup uang karena biaya sewa rumah di tempat yang tinggi itu lebih mahal.

Sementara, penghasilan suaminya sebagai tukang ojek hanya cukup memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

"Mau pindah ke atas yang enggak banjir enggak bisa itu, mau bayarnya enggak bisa," ujar Wesiah.

Pasrah Direndam Banjir Puluhan Tahun

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER