Sementara, warga RT 5, RW 8, Pejaten Timur, Sumarni (58) yang rumahnya bersebelahan dengan sungai mengaku pasrah dengan banjir. Sumarni yang sudah tinggal di sana sejak 30 tahun lalu tidak begitu memusingkan bencana rutin itu.
Meski demikian, Sumarni bukannya tidak berhati-hati. Ia termasuk orang yang mengedepankan mitigasi bencana.
Lihat Juga : |
Jika banjir datang, ia akan meninggalkan rumah terlepas banjir itu kecil atau besar. Kata Sumarni, mitigasi itu merupakan pesan almarhum suaminya yang pernah terjebak di rumah saat banjir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kata bapaknya, saya pesan kalau banjir mau gede mau kecil keluar, yang lain bisa beli yang penting kita selamat. Kalau mati mah Allah yang tahu," ujarnya.
Seperti di banyak tempat lainnya, banjir yang berulang kali melanda Pejaten Timur juga membawa lumpur dan merusak barang-barang rumah tangga.
Sebagai pemilik warung kelontong, Dedi mengaku kerap merugi karena beberapa barang yang ia jual rusak terkena banjir. Karenanya, jika banjir datang, selain keselamatan keluarganya, yang ia pikirkan adalah bagaimana menyelamatkan barang-barang di warung.
"Kalau dulu-dulu mah, enggak buru-buru beresin ada yang kerendam lah," kata Dedi.
Sementara, gara-gara dilanda banjir, Wesiah kerap membuang beberapa alat-alat rumah tangganya, seperti TV, kasur, dan baju.
Banjir kiriman pada Minggu (7/11) lalu misalnya, Wesiah membuang salah satu kasurnya karena terkena lumpur dan rusak berat. Ia meminta bantuan Petugas Prasarana dan Saran Umum (PPSU) untuk membuang kasur yang kini teronggok di atas tanah berlumpur.
"Tiga kali rusak TV-nya. Kalau kasurnya rusak semua, dibuang. Sudah itu (terkena) tanah itu semuanya jadi rusak berat. Jadi minta tolong ke yang tukang pembersih itu dibuang," ujarnya.
Lihat Juga : |
Tidak berbeda, Sumarni juga membuang barang-barang elektroniknya. Rumah Sumarni yang bersebelahan langsung dengan Sungai Ciliwung pada Minggu malam lalu terkena banjir hingga setinggi dua meter.
Saat ini, di dalam rumah Sumarni tak tampak terdapat alat-alat elektronik kecuali satu buah kulkas yang diletakkan di tempat lebih tinggi.
"Saya sudah enggak ada apa-apa. Bodo amat dah. TV saya buang, kulkas saya buang," kata Sumarni saat ditemui di teras rumahnya.
Sebelumnya, banjir kiriman setinggi 2 meter merendam beberapa RW di Kelurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Lurah Pejaten Timur, Mohamad Rasyid mengatakan beberapa RW yang terdampak antara lain, RW 5, 6, 7, dan 8 dengan jumlah penduduk terdampak sekitar 500 orang.
"Itu sekitar 500-an warga dari empat RW itu," kata Rasyid sebagaimana dikutip dari Antara, Senin (8/11).
Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) DKI Jakarta, hingga Senin (8/11) pukul 09.00 WIB sebanyak 67 RT masih terendam banjir.
Lokasi 67 RT itu tersebar di sejumlah kecamatan di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.