Beberapa pekerja dan warga yang tinggal di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara menyebut tindakan penyedotan banjir rob saat kondisi laut pasang hanya membuat air berputar-putar.
Salah satu pemilik warteg yang tinggal di area pelabuhan, Sukar, mengatakan mesin pompa yang didatangkan Pemprov DKI Jakarta sampai kewalahan jika kondisi air laut sedang pasang.
Selain mesin pompa besar yang menetap di pelabuhan, Sukar menyebut saat ini Pemda mendatangkan empat mesin pompa. Meski air berputar-putar, menurutnya, jika tidak disedot banjir tidak kunjung surut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kondisi pasang tetap kewalahan pompanya. Tapi kalau enggak dipompa enggak ada surutnya," kata Sukar saat ditemui di warungnya, Rabu (10/11).
Sukar menyebut meski mesin pompa kewalahan, namun berguna untuk mempercepat air surut. Berkat bantuan mesin pompa Gubernur Anies Baswedan, dia berkata dalam dua tahun terakhir banjir rob di Muara Baru lebih cepat surut jika dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Sebelum ada mesin pompa, banjir rob bisa berlangsung hingga satu minggu. Saat ini, banjir mulai surut pada hari ketiga.
"Kalau ini Alhamdulillah lebih cepat karena sudah dua tahun ini dia ada bantuan dari luar, bantuan pompa itu. Kalau enggak ada bantuan bisa satu minggu ini enggak bisa kering," tutur perantau asal Solo itu.
Salah satu pekerja di Blok B, Muara Baru Center (MBC), Anton mengatakan air rob dari laut yang disedot dan dibuang ke laut kembali membanjiri daratan saat pasang.
"Muter-muter aja sebenarnya sih di sini, dari sono disedot (dibuang ke laut), terus dari sono masuk sini lagi," kata Anton di depan kios di Blok B, MBC.
Masalah lain, menurut Anton, tanggul yang dibangun di kawasan Pelabuhan Muara Baru kurang tinggi. Hal ini mengakibatkan air meluap ketika pasang. Sementara, tanggul yang cukup tinggi berada di kawasan timur.
Menurut Anton, keberadaan tanggul di kawasan timur pelabuhan itu menjadi percuma karena air laut tetap saja meluap masuk di blok tempatnya bekerja. Terlebih, blok tersebut juga termasuk yang paling rendah. Akibatnya, saat laut pasang air membanjir area Blok MBC.
"Yang ditanggul kan daerah timur doang kan, kalo sini barat. Kalo barat kan enggak ditanggul juga kalau pasang airnya masuk gede, makanya percuma kalau di sana ditanggul di sini nggak ditanggul ya. Padahal tinggi. Tapi emang air pasangnya saja naik tinggi," ujar Anton.
Senada dengan Anton, salah satu pekerja yang memasang pompa sedot di pelabuhan, Yudi mengatakan pompa tidak begitu efektif saat air laut pasang.
Menurutnya, air hanya berputar-putar dari laut ke daratan, dibuang ke laut, dan kembali masuk daratan lagi. Kondisi sebaliknya terjadi jika keadaan laut tidak pasang. Setelah dipompa, banjir rob akan surut.
"Kalau sudah gitu mah, kan air pasang laut keluar disedot lagi, buangnya ke laut, keluar lagi kan sama aja muter gitu," ujar Yudi saat ditemui di area pelabuhan.
Kawasan Muara Baru jadi salah satu daerah yang langganan diterjang banjir rob kembali. Banjir kali ini bahkan disebut sudah terjadi selama sepekan.
Kemarin, ketinggian air rob di muka jalan hingga pemukiman warga mencapai ketinggian 40 centimeter. Banjir juga menutupi batas antara Dermaga Kali Adem dengan permukiman.
Salah satu warga setempat mengatakan banjir rob biasanya terjadi pada siang hari. Air kemudian surut pada malam atau pagi hari berikutnya.
(iam/wis)