Warga Sintang yang lain, Antonius merasa mati gaya meskipun dia sudah terbiasa dengan banjir. Tapi, kali ini berbeda. Ia merasa, banjir saat ini adalah terlama selama dia tinggal di Sintang.
"Setiap tahun di musim penghujan memang di Sintang banjir, terutama di pemukiman sekitar sungai Melawi dan sungai Kapuas. Itu pun banjirnya hanya sebentar sekitar 2 - 3 hari air sudah surut dan kembali normal," kata Antonius kepada CNNIndonesia.com, Kamis (18/11).
"Banjir saat ini merupakan banjir terparah menurut saya karena lama sekali surutnya. Ini sudah memasuki pekan ke-4, dan hampir 1 bulan," tambahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia setuju dengan pendapat para akademisi yang menyebut banjir di Sintang disebabkan deforestasi yang berdampak pada wilayah di daerah aliran sungai (DAS) Kapuas itu. Sebab, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa perusahaan sawit ada di sekitar rumahnya.
"Sebelum saya menetap di Sintang, saya pernah di Serawai dan di Menukung (kecamatan di Hulu sungai Melawi). Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri proses alih fungsi lahan banyak terjadi di sana yang dilakukan oleh perusahaan kelapa sawit," jelasnya.
![]() |
Pria yang berprofesi sebagai dosen itu menilai, pemerintah harus segera ambil tindakan. Ia merasa tak kuat jika banjir seperti sekarang terus melanda Sintang setiap tahun.
"Kerusakan lingkungan adalah masalah yang harus dipikirkan segera oleh pemerintah daerah dan semua pihak yang peduli. Siapa pun pemimpin kami yang memegang kebijakan publik, saya mohon dengan sangat untuk 'prolingkungan' artinya jangan mudah memberikan ijin perusahaan beroperasi," tutupnya.
Sehari sebelumnya, Rabu (17/11), kepada CNNIndonesia.com Direktur Eksekutif Daerah Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalbar, Nicodemus Ale mengatakan banjir yang terjadi di Kabupaten Sintang saat ini merupakan yang terbesar selama 40 tahun terakhir.
"Di Sintang itu adalah banjir terbesar dalam 30 hingga 40 tahun terakhir," kata Nico.
Nico mengungkapkan, ada dua indikator sehingga pihaknya menyebut banjir saat ini terbesar dalam kurun waktu 40 tahun terakhir. Beberapa indikatornya yaitu cakupan wilayah yang terdampak dan lama bencana hidrometeorologi berlangsung.
Ia menyebut, banjir di Sintang telah merendam 12 kecamatan di Sintang yaitu, Kecamatan Kayan Hulu, Kayan Hilir, Binjai Hulu, Kecamatan Sintang, Kecamatan Sepauk, Tempunak, Ketungau Hilir, Dedai, Serawai, Ambalau, Kecamatan Sei Tebelian dan Kecamatan Kelam Permai.
Selain itu, secara durasi, banjir di Sintang berlangsung selama hampir satu bulan terhitung sejak Kamis pagi (21/10).
![]() |
Menurut pihaknya banjir berkepanjangan di Sintang ini dipicu oleh dua faktor yaitu cuaca dan berkurangnya resapan air imbas deforestasi. Ia tak memungkiri, bahwa saat ini Indonesia sedang memasuki masa La Nina. Curah hujan di Sintang sendiri cukup tinggi, belum masuk kategori ekstrem namun intens.
Meski begitu, kata Nico, intensitas hujan yang tinggi tidak akan menyebabkan banjir parah seperti sekarang ini jika resapan airnya berfungsi.
Nico berkata, dari 14,7 juta hektare lahan daratan Kalbar, sekitar 12 juta hektare lahan digunakan untuk industri. Padahal, jika mengacu pada ketentuan yang telah ditetapkan, dari jumlah lahan daratan itu, lahan yang boleh digunakan untuk industri sebesar 6,4 juta hektar.
"Nah 6,4 yang aktivitas produksi investasi itu sekarang sudah overload dengan total investasi itu sekitar 12 juta hektar itu sudah diplotkan menjadi industri," kata dia.
"Artinya 100 persen lebih terjadi kesalahan, oke perencanannya benar, tapi dalam implementasi perencanaan itu enggak benar. Itu udah melenceng jauh, udah 100 persen lebih," imbuhnya.