Reuni tahun ini bisa menjadi salah satu alat bargaining atau daya tawar kelompok PA 212 pada Pemilu 2024. Dengan menghadirkan massa, kelompok 212 ingin menunjukkan kepada partai politik maupun figur-figur yang berpotensi menjadi calon presiden dan calon wakil presiden bahwa mereka bisa menjadi salah satu 'alat politik' yang dapat diandalkan.
Ujang melihat reuni itu tak dapat dilepaskan dari motif tersebut. Ia menyebut, Kelompok 212 ingin tetap terlibat dalam Pemilu 2024.
Menurut Ujang, sebagai sebuah gerakan, dukung-mendukung capres tertentu merupakan sebuah keniscayaan. Ia menilai jika mereka tidak menggelar Reuni Aksi 212 dan mengumpulkan massa, bukan tidak mungkin capres-cawapres pada 2024 tidak lagi melirik mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi kalau kekuatannya mereka masih banyak, solid, bersatu, di situ lah ada nilai jual, nilai tawar, bargaining bagi 212 kepada capres dan cawapres yang beredar," katanya.
Di sisi lain, kelompok PA 212 saat ini masih mencari figur politik yang pas untuk mereka berikan dukungan. Pasalnya, mereka secara tegas sudah menyatakan tak akan mendukung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto usai merapat ke pemerintahan.
PA 212 merupakan salah satu kelompok Islam yang aktif mendukung Prabowo saat Pilpres 2019. Namun, mereka langsung menarik dukungannya usai Prabowo memilih masuk ke pemerintahan Joko Widodo.
"Saya melihatnya sih realistis ya bagi mereka, cuma mereka memang mencari calon atau kandidat capres-cawapres yang sevisi dengan mereka. Saya tidak tahu siapa capres-cawapres itu, tentu mereka akan melakukan kontrak politik, janji politik dengan capres-cawapres itu," ujar Ujang.
"Tapi siapa yang ketemu visi misinya saya tidak tahu, sekarang mereka masih menunjukkan eksistensi dulu agar masih diperhitungkan dalam konteks percaturan politik nasional," katanya.
![]() Infografis Lingkaran Memori Aksi 212 |
Analis media, politik, dan sosial keagamaan yang juga Koordinator Jaringan Muslim Madani (JMM) Syukron Jamal juga menilai aksi ini merupakan posisi tawar politik dari Kelompok PA 212. Meskipun begitu, menurutnya, aksi ini belum ditujukan untuk Pemilu 2024.
"Belum ke arah sana untuk saat ini, walaupun kita sama-sama tahu gerakan 212 ini secara emosional dekat dengan salah satu nama yang kemungkinan besar jadi capres 2024 nanti. Tapi kembali pada ajang reuni dan lainnya itu tentu menjadi bargain dan pembuktian eksistensi mereka sebagai kekuatan politik kepada publik, khususnya para elit politik termasuk kontestan capres," ujar Syukron.
Tidak hanya itu, menurut Syukron, salah satu motif lainnya Reuni Aksi 212 yakni mereka ingin menyampaikan sejumlah aspirasi kelompok Islam, khususnya mengenai 'kriminalisasi ulama'.
"Reuni tersebut tentu akan jadi sarana menyampaikan aspirasi, salah satunya persoalan 'kriminalisasi ulama' yang selalu mereka suarakan dan lainnya," jelas Syukron.
"Reuni tersebut juga jelas jadi pembuktian menunjukkan eksistensi kepada elit dalam hal ini pemerintah, sementara pada tataran akar rumput juga menjadi semangat atau ghirah euforia 'kemenangan' gerakan 212 yang fenomenal itu," katanya.
(dmi/fra)