Narapidana yang tewas di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Bollangi, Andi Lolo (35), disebut memiliki riwayat penyakit jantung kronis dan narkoba serta tanpa tanda-tanda kekerasan pada tubuhnya.
Kepala Bidang Humas Polda Sulsel Kombes Pol Komang Suartana mengatakan hal itu disimpulkan berdasarkan hasil autopsi yang dilakukan dari pihak Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Sulsel bersama Laboratorium Forensik independen Universitas Hasanuddin (Unhas).
"Bila dilihat dari hasil autopsi, ada pembengkakan dari jantung. Kedua, ada masalah penggunaan amfetamin dan metafetamin yang diduga ada pada tubuh penggunaan sabu-sabu," kata dia, Rabu (12/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasil autopsi jenazah berdasarkan hasil dari Biddokkes dan Unhas. Memang lebam, tapi itu lebam mayat," lanjutnya.
Selain itu, lanjut Komang dari hasil autopsi tersebut juga disebutkan bahwa Andi Lolo yang tewas usai dijemput penyidik dari Direktorat Narkoba Polda Sulsel mempunyai riwayat penyakit jantung.
"Penyakit jantung kronis dan sabu-sabu sehingga ditemukan zat amfetamin dan mefetamin. Iya dia konsumsi sabu," bebernya.
Terkait pemeriksaan terhadap empat penyidik Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel yang menjalani pemeriksaan di Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Sulsel, Komang menyebut mereka tetap dicek terkait dugaan kelalaian personel saat menjemput narapidana tersebut.
"Yang diperiksa itu karena kelainannya tidak melakukan prosedur dalam mengecek kesehatannya dan lain-lainnya. Sehingga membawa tersangka kemudian sakit namun tidak diketahui," pungkasnya.
Sebelumnya, Andi Lolo meninggal dunia setelah dijemput oleh penyidik kepolisian untuk dimintai keterangan terkait pengembangan kasus narkoba seberat 75 kg sabu.
(mir/arh)