Warga Gusuran JIS Jual Kambing untuk Bangun Hunian Sementara

CNN Indonesia
Selasa, 25 Jan 2022 09:55 WIB
Warga Kampung Bayam, Kelurahan Papanggo, Penjaringan, Jakarta Utara yang terdampak pembangunan JIS. (CNN Indonesia/ Syakirun Niam)
Jakarta, CNN Indonesia --

Warga Kampung Bayam, Kelurahan Papanggo, Jakarta Utara yang tergusur akibat pembangunan proyek Jakarta International Stadium (JIS) mengaku menjual kambing untuk menambah biaya pembangunan hunian sementara (Huntara).

Ketua kelompok Agrowisata Edutainment Kampung Bayam Madani, Muhammad Furqon mengungkapkan kelompoknya yang terdiri dari 50 kepala keluarga membangun deret huntara secara swadaya. Namun, ternyata uang mereka tidak cukup.

"Swadayanya Rp5 jutaan, ternyata waktu berjalan uang segitu enggak cukup, sehingga ya kita untungnya punya cadangan hewan ternak, kambing dijualin, ada juga yang mati," kata Furqon saat ditemui di Huntara, Jalan Tongkol, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (24/1).

Sementara, warga gusuran JIS lainnya, Fadil mengatakan uang santunan dari Pemprov DKI Jakarta yang mereka terima hanya cukup untuk membangun rumah. Bahkan, beberapa dari mereka harus mengeluarkan biaya tambahan.

Praktis, kata Fadil, uang santunan itu tidak mereka pakai untuk makan. Selain itu, warga juga memanfaatkan kayu-kayu bekas sisa penggusuran.

"Malah pada nambah. Ya sekarang bangun satu rumah mana cukup Rp15 juta walaupun alat-alat sebagian itu kayu bekas kita bawa dari sana," kata Fadil.

Selain membangun Huntara dengan sumber daya yang terbatas, warga gusuran JIS juga mengalami kesulitan ekonomi. Sebab, mereka tidak hanya kehilangan rumah melainkan juga pekerjaan.

Furqon mengatakan, saat masih tinggal di Kampung Bayam, warga bisa melakoni urban farming dan mengumpulkan hasil pertanian untuk dijual ke pasar. Mereka juga beternak ikan air tawar seperti nila, lele, dan patin.

"Di sini kita nggak ada pemasukan ekonomi penunjang kayak dulu. Waktu berkebun kan kita ada kan, ada aja entah jual kangkung, jual bayam, entah ikan," kata Furqon.

"Tapi sekarang nggak ada, tahu sendiri di sini sempit," imbuhnya.

Meski terhambat keterbatasan, warga Kampung Bayam tetap berkebun di sekitar halaman rumah mereka. Lahan sepetak itu ditanami sayuran seperti bayam dan pare untuk kebutuhan sehari-hari.

Selain itu, warga Kampung Bayam juga membuat biogas untuk mencukupi kebutuhan dapur. Pembuatan biogas ini dilakukan dengan kotoran sapi dari peternakan yang diolah di fiber bekas sebagai wadah. Dari bahan itu, mereka juga membuat pupuk cair dan kompos.

Belakangan, warga Kampung Bayam mendapatkan pendampingan dari Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan(KPKP) Provinsi DKI Jakarta. Mereka juga melakukan studi banding pembelajaran pertanian ke Ragunan.

Furqon mengungkapkan pihaknya sangat mengharapkan Gubernur Anies Baswedan mengizinkan mereka mengelola urban farming yang akan kembali dibangun di kawasan JIS, di lokasi kampung mereka yang dulu tergusur.

Ia menegaskan warga Kampung Bayam telah menjadi petani dan peternak ikan selama bertahun-tahun sejak sebelum digusur. Selama tinggal di Huntara, mereka juga terus berlatih pertanian.

"Harapan kami (yang mengelola urban farming) ya yang sudah di bidangnya, yang sudah lama ini bergelut dan selama di Huntara berlatih terus," tuturnya.

(iam/ugo)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK