Anggota Komisi I DPR dari fraksi PDIP Tubagus (TB) Hasanuddin menilai, perjanjian kerja sama dengan Singapura bakal memperkuat posisi Indonesia di Laut China Selatan (LCS) yang masih memanas dalam beberapa waktu terakhir.
Menurut Hasan, di antara tiga kerja sama yang disepakati, posisi Indonesia terutama akan diperkuat lewat kerja sama di bidang militer. Sebab, Laut China Selatan nantinya akan menjadi lokasi latihan militer Singapura dan negara-negara lain.
"Natuna itu nanti akan menjadi tempat latihan di mana kemudian Singapura mungkin bisa undang negara-negara sahabatnya untuk berlatih di situ dan Indonesia ikut di sana," kata dia kepada wartawan di kompleks parlemen, Senayan, Kamis (27/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu ada dampak efek deterrence terhadap situasi di Laut China Selatan dan lain-lain sebagainya, yang mungkin sangat menguntungkan untuk NKRI," tambah Hasan.
Selain kerja sama di bidang militer, Indonesia dan Singapura diketahui menyepakati dua kerja sama lain. Masing-masing terkait flight region realignment (FIR) atau ruang kendali udara, dan perjanjian ekstradisi.
Hasan menjelaskan, tiga poin kerja sama tersebut merupakan satu-kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Sehingga, meski ada poin kerja sama yang dinilai kurang menguntungkan, namun bisa menguntungkan di poin kerja sama lain.
"Saya lihat lebih untung kalau dibangun dari tiga itu misal nanti dalam kerja sama militer, dalam hal latihan," katanya.
Sementara itu, Hasan mengaku pihaknya akan mempelajari naskah ratifikasinya pengesahan kerja sama yang nantinya harus terlebih dahulu menunggu persetujuan DPR.
Namun, ia menegaskan bahwa naskah ratifikasi kerja sama itu akan berbeda dengan sebelumnya yang sempat ditolak DPR karena dianggap mengancam kedaulatan NKRI.
"Kita nanti karena masih satu unit kan itu. Kita akan pelajari dulu. Ekstradisi itu misalnya apakah nanti akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam perampasan harta kekayaannya itu seperti apa," ucap Hasan.
(thr/isn)