Jakarta, CNN Indonesia --
Wakil Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Anton Sukartono Suratto, menilai Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto tidak perlu buru-buru mengambil keputusan terkait pembelian jet tempur F-15 Amerika Serikat (AS).
Menurutnya, Kemhan sebaiknya mengkaji tentang kekuatan alat tempur negara negara di Asia-Pasifik lebih dahulu.
Ia kemudian menyarankan Kemhan sebaiknya pada penambahan unit helikopter tempur dan pesawat angkut C-130 Hercules.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terkait hal tersebut, saya pribadi memandang Kemhan tidak perlu terburu buru mengambil keputusan terhadap penawaran Amerika Serikat tersebut," kata Anton kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (12/2).
"Saya pribadi menyarankan kita fokus dalam negeri saja dulu seperti penambahan unit Helikopter tempur dan pesawat Angkut C-130 Hercules," imbuhnya.
Menurutnya, penambahan unit helikopter tempur dan pesawat angkut C-130 Hercules lebih rasional di tengah kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) saat ini yang masih memprihatinkan.
"Kita harus juga melihat kemampuan APBN kita yang saat masih mengalami defisit yang terlalu besar dikarenakan pandemi Covid-19 saat ini," ujarnya.
Lebih lanjut, Anton menyoroti salah satu tujuan rencana AS menjual 36 jet tempur F-15 dan alat utama sistem pertahanan (alutsista) ke Indonesia adalah meningkatkan keamanan mitra regional penting AS dalam upaya menjaga stabilitas politik dan kemajuan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik.
Menurutnya, pemerintah Indonesia harus memiliki data kuat seperti pihak yang akan menjadi ancaman Indonesia ke depan hingga jenis alutsista yang dibutuhkan.
Data tersebut, kata Anton, penting supaya Indonesia bisa menyesuaikan langkah yang akan diambil dalam menghadapi kekuatan alutsista negara-negara di Asia-Pasifik.
Sebelumnya, AS setuju untuk menjual sebanyak 36 jet tempur F-15 dan alutsista lain senilai US$14 miliar atau Rp200,8 triliun (US$1= Rp14.347) ke Indonesia.
Padahal, Indonesia juga baru meneken perjanjian pembelian 42 jet tempur Dassault Rafale generasi 4,5 dari Prancis.
Lanjut ke sebelah...
Mengutip situs resmi DSCA, penjualan ini dilakukan untuk mendukung tujuan kebijakan luar negeri dan keamanan nasional AS dengan memperkuat keamanan mitra regional di Asia-Pasifik.
"Penting bagi kepentingan nasional AS untuk membantu Indonesia dalam mengembangkan dan memelihara kemampuan pertahanan yang kuat dan efektif," demikian pernyataan DSCA.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri AS mengungkapkan persetujuan penjualan ini diberikan untuk meningkatkan keamanan mitra regional.
"Keamanan mitra regional penting untuk stabilitas politik, dan kemajuan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik," kata badan itu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP.
Dalam rilis DSCA, terdapat 31 jenis barang dan jasa dalam daftar alutsista, terutama jet tempur F-15, yang kemungkinan dijual AS ke Indonesia.
Berikut beberapa alutsista yang rencananya dijual AS ke Indonesia:
1. 36 jet tempur F-15ID;
2. 87 mesin F110-GE-129 atau F100-PW-229 (72 terpasang, 15 suku cadang);
3. 45 radar Advanced Electronically Scanned Array (AESA) AN/APG-82(v)1 (35 terpasang, 9 suku cadang);
4. 45 Eagle Passive Active Warning Survivability Systems (EPAWSS) AN/ALQ-250 (36 terpasang, 9 suku cadang);
5. 48 komputer digital Advanced Display Core Processor (ADCP) II (36 terpasang, 12 suku cadang);
6. 80 Joint Helmet Mounted Cueing Systems (JHMCS) (72 terpasang, 8 suku cadang);
7. 92 alat keamanan Embedded Global Positioning Systems (GPS)/Inertial Navigation System (EGI);
8. 40 pod navigasi LANTIRN AN/AAQ-13 (36 terpasang, 4 suku cadang);
9. 40 Sniper Advanced Targeting Pods (ATP) AN/AAQ-33 (36 terpasang, 4 suku cadang);
10. 156 peluncur LAU-128 (144 terpasang, 12 suku cadang);
11. 40 sistem senjata M61A "Vulcan" (36 terpasang, 4 suku cadang);
12. Pod latihan Air Combat Maneuvering Instrumentation (ACMI) (P5 CTS) dan peralatan pendukung;
13. MS-110 Recce Pods;
14. AN/ASG-34 Infrared Search and Track International;
15. AN/ALE-47 counter-measures;
16. AN/PYQ Simple Key Loaders;
17. Tambahan navigasi, keamanan komunikasi, dan peralatan kriptografi;
18. Electronic Combat International Security Assistance Program (ECISAP) support;
19. Joint Mission Planning Systems (JMPS);
20. Night Vision Goggles (NVG), peralatan pendukung, dan suku cadang;
21. Tangki bahan bakar konformal;
22. Sekam dan suar;
23. Peralatan pendukung jet tempur dan personel;
24. Pod perjalanan, laboratorium peralatan pengukuran presisi, kalibrasi, dan simulator;
25. Suku cadang, layanan perbaikan dan pengembalian;
26. Peta, publikasi, dan dokumen teknis;
27. Studi dan survei;
28. Perangkat lunak dan dukungan perangkat lunak;
29. Peralatan untuk latihan dan latihan personel;
30. Layanan dukungan teknis dan logistik dari Pemerintah AS dan kontraktor;
31. Berbagai komponen terkait lainnya.