Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta Tubagus Soleh Ahmadi atau Bagus mengatakan penurunan muka tanah di pulau reklamasi dan daratan Jakarta dipicu oleh hal yang berbeda.
"Reklamasi akan mengalami penurunan tanah akibat abrasi dan lain-lain," ucapnya, "Kalau di dataran Jakarta akibat eksploitasi air dan beban dari bangunan."
Anies Baswedan sempat menyebut keputusan penghentian reklamasi merupakan pilihan yang tepat karena laju penurunan permukaan tanah pulau reklamasi jauh lebih cepat dari pulau alami.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika di Jakarta Utara [penurunannya] sekitar puluhan milimeter per tahun, di pulau artifisial berlangsung lebih dari 80 milimeter per tahun," kata dia, dalam diskusi 'Jakarta Tenggelam' yang digelar Ikatan Alumni ITB secara virtual, Selasa (10/8/2021).
Lihat Juga :![]() LIPUTAN KHUSUS Jakarta Tenggelam: Air Laut Naik atau Muka Tanah Turun? |
"Pulau-pulau buatan sering kali merupakan jenis tanah yang paling cepat susut karena pasir dan tanahnya mengendap dan menjadi padat seiring waktu," demikian dikutip dari laman resmi Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).Senada, Dhritiraj Sengupta, ilmuwan penginderaan jauh dari East China Normal University, mengatakan pulau-pulau reklamasi di Jakarta memiliki laju penurunan tanah lebih besar ketimbang daratan.
"Satelit dan sensor berbasis darat mencatat sebagian Jakarta Utara mengalami penurunan puluhan milimeter per tahun. Di pulau-pulau buatan baru, angka itu melonjak hingga 80 milimeter per tahun," lanjutnya.
Pernyataan itu juga menyebut masalah banjir di Jakarta dipicu oleh sejumlah faktor. Pertama, DKI dilalui beberapa sungai yang meluap selama musim hujan. Kedua, kenaikan permukaan laut rata-rata 3,3 milimeter per tahun, di tengah hujan deras semakin intens dan atmosfer yang memanas.
Lihat Juga :![]() LIPUTAN KHUSUS Benteng Rapuh Warga Pesisir Jakarta Hadang Banjir Rob |
"Menurut beberapa perkiraan, sebanyak 40 persen kota sekarang berada di bawah permukaan laut," sebut pernyataan itu.Ketiga, pemompaan air tanah secara luas yang menyebabkan tanah tenggelam atau susut, dengan kecepatan tinggi.
Terlepas ketiadaan kaitan langsung reklamasi dan penurunan muka tanah dataran Jakarta itu, Walhi menilai pulau-pulau reklamasi yang rencananya diintegrasikan dengan tanggul Jakarta bisa mempercepat bencana ekologis.
Misalnya, kerusakan wilayah tangkap dan budidaya perikanan, hingga membatasi akses nelayan terhadap ruang laut.
![]() |
"Ini sudah terbukti oleh keberadaan pulau reklamasi yang sudah existing," kata Bagus.
Kuasa hukum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) dari LBH Jakarta M. Isnur, dalam sidang gugatan reklamasi Pulau G, menambahkan pembangunan pulau buatan itu juga memicu pendangkalan di sekitar muara sungai, Itu dinilai membuat kapal nelayan sulit bergerak.
"Itu sangat merusak lingkungan. Sekarang, nelayan kalau mau melaut harus mengitari proyek tersebut," kata Isnur usai sidang di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta Timur," Kamis (5/11/2015).
Sementara itu, Sekretaris Dinas Sumber Daya Air (SDA) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Dudi Gardesi mengatakan proyek tanggul Jakarta itu akan terus dijalankan. Namun, pihaknya tidak bisa memastikan apakah akan tetap diintegrasikan dengan pulau reklamasi atau tidak.
"Kalau Pemprov saat ini belom [berencana menggabungkan tanggul dengan pulau reklamasi], tapi di kementerian sudah ada program, itu yang akan kita evaluasi," kata Dudi kepada CNNIndonesia.com.
Dudi menyebut rencana integrasi tersebut baru akan diputuskan setelah pihaknya melakukan evaluasi pada 2030.
(yla/tfq/arh)