Aksi Mahasiswa soal Minyak Goreng Langka di Makassar Berujung Ricuh
Unjuk rasa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) terkait kelangkaan minyak goreng di depan gedung DPRD Kota Makassar, Sulawesi Selatan, berakhir ricuh. Dua anggota kepolisian terkena pukulan mahasiswa dan menjalani perawatan di rumah sakit.
Aksi unjuk rasa PMII ini di depan gedung DPRD menyoroti kelangkaan minyak goreng kemasan di pasaran. Para mahasiswa menyampaikan aspirasi secara bergantian. Namun, ketika akan membakar ban bekas salah satu petugas berusaha mencegah sehingga memicu keributan, lantaran mahasiswa melakukan perlawanan.
Kasi Humas Polrestabes Makassar, AKP Lando KS, mengatakan aksi unjuk rasa mahasiswa tersebut berakhir ricuh dan menyebabkan dua anggota dikeroyok saat melakukan pengamanan demo itu.
"Anggota yang terluka itu dari Polsek Rappocini dan Intelkam Polrestabes Makassar. Sekarang menjalani pemeriksaan medis," kata Lando, Senin (7/3).
Lando menjelaskan penganiayaan terjadi ketika petugas mengamankan massa aksi yang akan membakar ban, tetapi menghalau massa agar tidak dibakar. Tak terima massa langsung menyerang dengan bambu, batu dan kayu.
Alhasl dua polisi yakni Bripka R dan Aipda N, terluka di bagian kaki, pipi, dada serta tangan memar. Kedua anggota polisi itu, kata Lando, dilarikan ke rumah sakit.
"Anggota yang jadi korban sudah melapor secara resmi. Kami akan selidiki kasus ini," ungkapnya.
Sementara, Kasat Intelkam Polrestabes Makassar, Kompol Idris menuturkan, jika aksi unjuk rasa tersebut tidak mengantongi izin dari pihak kepolisian.
"Mereka mengaku dari PMII Makassar tanpa pemberitahuan menutup jalan, membakar ban dan pengejar pengamanan internal DPRD Kota Makassar serta menyerang polisi yang bertugas," kata Idris.
Diketahui aksi demo mahasiswa itu dengan membawa beberapa tuntutan. Seperti, pencabutan izin pengelolaan lahan untuk tambang di Wadas, hak warga Pulau Waoni di Sultra dan tuntutan kelangkaan minyak goreng.