Survei: Elektabilitas PDIP di Jabar Meningkat meski Ada Kasus Arteria

CNN Indonesia
Jumat, 11 Mar 2022 00:42 WIB
Ilustrasi- Tingkat elektabilitas PDI Perjuangan di Jawa Barat mengalami peningkatan meski tersandung kasus ujaran kebencian Arteria Dahlan (DPP PDIP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Hasil survei Indonesia Political Opinion (IPO) mencatat tingkat elektabilitas PDI Perjuangan di Jawa Barat mengalami peningkatan. Mengalahkan dua partai unggulan pada Pemilu 2019, Gerindra dan PKS.

Hal itu diketahui dari survei yang dilakukan IPO menggunakan metode multistage random sampling (MRS) dengan melakukan wawancara melalui sambungan telepon pada periode 1-7 Maret 2022.

Total ada 880 responden yang dijadikan sebagai informan dalam survei tersebut. Di mana, pengukuran kesalahan (margin of error) dalam penelitian ini mencapai 2,9 persen dengan tingkat akurasi data 95 persen.

Direktur eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah mengatakan, pada survei tersebut, elektabilitas PDI Perjuangan di Jawa Barat berhasil naik ke puncak dengan angka 15,7 persen. Capaian itu bahkan melebihi Partai Gerindra dan PKS yang menempati perolehan kursi terbanyak di DPRD pada periode 2019-2024.

Secara berurutan, Partai Gerindra menempati posisi kedua dengan torehan 10,2 persen dan PKS berada di urutan ketiga dengan angka 9,3 persen. Posisi selanjutnya disusul oleh Golkar (7,4 persen), PKB (5,2 persen), NasDem (3,1 persen), PPP (2,3 persen), PAN (2,1 persen),dan Perindo (1,6 persen).

Menurut Dedi, kondisi ini terbilang mengejutkan mengingat sebelumnya tensi antara PDI Perjuangan dengan warga Jawa Barat sempat meningkat buntut kasus dugaan ujaran kebencian yang diutarakan politikus Arteria Dahlan.

Karenanya, ia menilai, ancaman boikot yang sempat diutarakan oleh warga Pasundan itu tidak cukup berpengaruh banyak terhadap elektabilitas partai berlogo banteng itu.

"Tidak banyak partai yang mampu menahan laju isu sensitif seperti ujaran kebencian, apalagi berkaitan dengan identitas kultural masyarakat. Tetapi PDIP berhasil menjadi partai mapan yang kuat, sekalipun dihadapkan pada persoalan besar" ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (10/3).

Lebih lanjut, apabila dibandingkan dengan hasil Pemilu 2019 kemarin, maka kata Dedi hanya PDI Perjuangan saja yang mengalami tren peningkatan elektabilitas di masyarakat. Sementara partai lainnya justru mengalami penurunan, termasuk yang unggul saat Pemilu 2019 lalu yaitu Gerindra dan PKS.

Kondisi tersebut menurutnya sedikit banyak juga dipengaruhi oleh persepsi masyarakat terhadap kinerja pemerintahan Jokowi yang diusung oleh PDI Perjuangan.

"Telaah kami, peningkatan ini terjadi karena bertambahnya pengetahuan publik atas kinerja Presiden yang mengemuka, terutama terkait pembangunan infrastruktur dan terus bergulirnya vaksinasi. Bukan tidak mungkin itu berdampak ke perolehan suara Parpol di Jawa Barat," jelasnya.

Di sisi lain, Dedi mengatakan, peningkatan tersebut juga sejalan dengan kenaikan tingkat popularitas dan elektabilitas Ketua PDIP Jawa Barat Ono Surono. Dalam analisa IPO, langkah Ono yang cepat merespon ujaran kebencian yang dilakukan rekan se-partainya Arteria Dahlan juga turut membantu kenaikan elektabilitas dirinya.

"Faktor responsivitas Ono Surono juga dapat memicu kepercayaan publik pada PDIP, dan terbukti meskipun gencar sekali propaganda politik menyudutkan PDIP, faktanya publik semakin percaya pada PDIP, ini tentu menarik," jelasnya.

Sebelumnya, Saiful Mujani Research Center (SMRC) menyebut kasus penghinaan bahasa Sunda yang dilakukan anggota DPR dari fraksi PDIP Arteria Dahlan memengaruhi elektabilitas partai tersebut di Jawa Barat.

Manajer Program SMRC Saidiman Ahmad memaparkan hasil survei yang menunjukkan bahwa pernyataan Arteria memberikan dampak negatif. Pasalnya, dari sejumlah orang yang mengetahui peristiwa tersebut hanya 14 persen di antaranya yang menyatakan pilihan pada PDIP.

(tfq/isn)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK