Perubahan 'kota' Sepaku yang mungkin terlihat secara kasat mata adalah kemunculan wisma-wisma yang sejatinya rumah warga di sepanjang Jalan Negara. Rumah yang disulap menjadi wisma itu menjadi salah satu penunjang bagi tamu-tamu di wilayah Sepaku, baik mereka yang terkait proyek IKN dan lainnya.
Salah satunya, Erwin Mushal yang membenahi rumahnya di Jalan Negara untuk menjadi wisma dengan enam kamar. Rumah itu, kata dia, yang telah menetap di Sepaku sejak 1995 silam disulapnya jadi wisma setelah Jokowi mengumumkan Sepaku menjadi wilayah IKN.
"Setelah ada info bahwa mau ada IKN, saya ajakin ibu, 'mak kita bikin ini, karena ada IKN ini pastinya akan ada tamu dari luar , yang diutamakan pasti wisma lah, penginapan'," kata dia kepada CNNIndonesia.com, Minggu (13/2/2022) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itu pula yang dilakoni Jatmiko, setelah memutuskan mundur dari pekerjaan sebagai aparat kelurahan untuk fokus pada dunia usaha, dia ketiban untung karena pengumuman IKN tersebut.
Rumahnya yang juga berada di pinggir jalan negara, Desa Bukit Raya, itu pun disulap jadi wisma. Rumah yang sebelumnya hanya empat kamar itu pun dia tambah lagi dengan sejumlah kamar petak untuk disewakan ke pelancong IKN di halaman belakangnya.
Selain itu, proyek IKN seperti bendungan Sepaku-Semoi yang tengah dibuat pun membuka ruang usaha bagi sejumlah warga sekitar untuk memasok makanan bagi pekerja alias katering.
Salah satunya yang dialami keluarga Suprowo yang disebutnya kebagian pesanan kecil-kecilan katering untuk pekerja di proyek bendungan tersebut.
Sebagai catatan, selain proyek IKN di kawasan titik nol hingga rencana Istana Negara yang masuk wilayah HGU PT IHM sejauh ini, pembangunan yang sudah berjalan adalah bendungan atau waduk. Setidaknya ada dua proyek bendungan yang dikerjakan yakni Bendungan Sepaku-Semoi dan bendungan intake Sepaku.
Merujuk dokumen perencanaan, IKN nantinya akan disokong empat bendungan. Selain Bendungan Sepaku-Semoi dan bendungan Sepaku, lainnya yang akan dipersiapkan untuk IKN adalah Selamayu dan Batu Lepek.
![]() |
Namun, kehadiran IKN dan proyek yang sudah berjalan itu tak sepenuhnya mengundang optimisme warga Sepaku, khususnya masyarakat adat di Kampung Sepaku Lama, RT3, Kelurahan Sepaku.
"Yang jadi pertanyaannya begini, kita di sini dari nenek moyang. Nenek moyang kita kan jauh dari sebelum HGU datang, trans datang, nenek moyang kita sudah di sini. Bahkan sebelum merdeka pun sudah di sini, makanya kita bingung," ujar Harmansyah, Minggu (13/2) petang.
Harmansyah warga di RT3 Kelurahan Sepaku atau kampung Sepaku lama yang rumahnya berpunggung-punggungan dengan sungai yang menjadi perbatasan dengan proyek bendungan intake Sepaku.
"Ini pun proyek di belakang kami pun menimbulkan kebingungan," katanya.
Belakangan, sudah ada pertemuan lagi di kecamatan terkait warga yang lahannya terkena proyek bendungan intake Sepaku tersebut di kantor Kecamatan Sepaku, pada awal Maret ini. Di sana dibicarakanlah perihal sosialiasi ganti rugi tanam tumbuh atau ganti rugi pengadaan tanah proyek intake Sepaku itu bagi warga.
![]() |