Mimpi Striker Bola Berujung Jadi Pembacok di Tawuran Palmerah

CNN Indonesia
Jumat, 22 Apr 2022 17:00 WIB
RF (13) kini berada di Balai Panasea Jakarta, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur sebagai titipan sembari menunggu proses peradilan.
Foto: istockphoto/SimonSkafar
Jakarta, CNN Indonesia --

NR (13) dan RF (13) duduk bersebelahan di sofa abu-abu, menunduk sambil sesekali merapikan gulungan sarung. Mereka adalah dua dari delapan pelaku tawuran anak Palmerah yang menewaskan satu korban berinisial MD (20).

NR mulai bercerita dengan suara pelan. Pandangannya sesekali menghadap langit-langit ruang rekreasi Rumah Orientasi berwarna putih itu.

Bagi NR, semua berawal dari ikut teman untuk main bersama kakak kelas. Tongkrongan kelompok ini ada di Jembatan Gantung, Jakarta Barat. Di sana NR menjadi dekat dengan R (16) dan AN (15).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diceritakan pula awal NR mengenal pelaku lain. Ia sedang main sepeda saat itu. Lalu J (13) mengajaknya untuk berkenalan dengan anak-anak lain.

Bermodal saling mengenalkan teman, kelompok ini menjadi perkumpulan dari seluruh Jatipulo. Kelompok inilah yang mempertemukan NR dan RF. Keduanya menjadi dekat dan sering terlibat tawuran bersama.

RF mengaku sudah sering ikut tawuran, khususnya melawan anak Kota Bambu. Tak ada yang mengajarinya, ia hanya pernah melihat saja. Dengan suara lemah, ia menyebut tawuran itu kegiatan yang seru meskipun dirinya takut.

"Tapi kalau udah dibawa ke penjara, ya beda cerita. Udah gak seru lagi," ucap dia sambil menunduk. Kakinya tampak menyilang dan sesekali digosok-gosok.

RF pernah mengalami kepala bocor hingga mendapat enam jahitan. Hal itu tak membuatnya jera. Bahkan di malam kejadian tawuran maut itu pun RF menjadi salah satu eksekutor pembacokan. Kala itu ia membawa celurit milik RR (12).

Malam itu bukan momen pertama kali RF membawa sajam saat tawuran. Namun, menjadi momen pertama kali baginya benar-benar membacok seseorang. Tak secara khusus mengincar korban, tetapi RF memang sengaja mengincar orang yang lebih dewasa. Ia beranggapan napasnya kuat.

"Jadi kalau disabet misalnya roboh, bolong. Masih bisa lari. Kalau anak kecil kan langsung jatuh tepar," kata RF.

RF kembali memutar kembali ingatan sambil memegang kepala plontosnya. Detik-detik setelah melayangkan senjata tajam pada korban masih terbayang.

"Dia masih lari (setelah dibacok). Lari sebentar, dia nabrak apaan gitu kayak di sampingnya motor," terang anak bertubuh kurus itu.

Adapun kabar korban jiwa baru diketahui RF setelah tawuran maut itu berakhir. Kala itu dia sedang duduk santai sampai datang si pembawa kabar.

"Kan pertama lagi duduk santai, katanya gak ada yang meninggal, cuma luka biasa. Eh terus temen ada yang ngomong 'Lu cabut gih ke mane. Ada yang meninggal soalnya' Nah di situ saya langsung kaget. Langsung bingung mau ke mana," kenang dia.

Bersambung ke halaman berikutnya..

Impian dan Realita

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER