Pegiat sepatu roda se-Jabodetabek kembali berkumpul di Taman Menteng, Jakarta, dalam rangka acara meluncur bersama alias Rolling Akbar setelah dua tahun tidak digelar.
Sekitar 150 orang dari 10 komunitas, termasuk di antaranya Jakarta Inline Skate Community (JISCO), Perkumpulan Pegiat Sepatu Roda GBK, hingga Perkumpulan Pegiat Sepatu Roda Velodrom Rawamangun.
Baba (34), salah satu pembina JISCO, bergabung sejak 2013. Ia tertarik dengan olahraga roda tersebut karena memang keren dan menjadi favoritnya di antara berbagai cabang lain yang ia tekuni.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau awal tertarik, jujur karena keren. Karena mungkin saya memang pegiat olahraga juga, semua olahraga saya coba. Cuma saya lihat [olahraga] ini beda dari yang lain," ujar Baba kepada CNNIndonesia.com, Minggu (15/5).
Ia sempat mencoba skateboard, tapi ia lebih menyukai sepatu roda karena tidak ada batasan umur. Baba sering melihat anak-anak hingga orang tua masih bermain sepatu roda.
"Banyak yang tertarik, tergantung kalau mereka sudah bisa jalan lancar, umur 5-7 tahun sudah mulai aktif. Enggak ada batasan usia di sini, yang paling tua kami ada di atas pembina, sudah paling tua senior itu 68 tahun kurang lebih, tapi dia masih main," sebutnya.
Peralatan sepatu roda biasa ia beli di toko-toko sepatu roda di daerah Jakarta. Olahraga ini sudah semakin banyak digemari sehingga pasarnya semakin besar.
"Sekarang sudah banyak, kalau dulu kan agak susah mesti beli online, mesti diimpor lah kasarnya," kata Baba.
Untuk pengeluaran, ia biasa membeli sepatu roda dewasa dengan harga jutaan rupiah.
"Kalau estimasi harga sekarang itu, minimal budget di dua jutaan. Itu saya bilang yang udah pro, ibaratnya sudah benar-benar kuat sepatunya, itu bisa Rp6 juta. Biasanya kisaran buat beli peralatan sepatu roda bisa Rp2 juta sampai Rp8 juta ke atas," katanya.
Setelah semakin menggemari hobi sepatu roda, Baba sering berkumpul dengan sesama pegiat sepatu roda di basecamp yang terletak di Taman Menteng. Hingga, Baba mengambil peran aktif di komunitasnya sebagai pembina.
Beberapa tahun terakhir komunitasnya sulit mencari tempat berlatih akibat pandemi yang membuat sejumlah tempat bermain tutup lebih awal.
"Kalau sekarang ini sejak pandemi itu kami biasanya di GBK atau di Velodrome. Karena (Taman Menteng) sempat ditutup, biasanya kita latihan dari sore sampai malam," tutur Baba.
"Kalau pandemi ini kan cuma boleh sampai sore aja, sampai jam 18.00 WIB malam tutup. Makanya kami bingung fasilitasnya di mana," sambungnya.
Bahkan, ia mengatakan komunitasnya jarang berlatih di Jakarta International Roller Track Arena (JIRTA) di Kawasan Sunter, Jakarta Utara, karena sulit mendapatkan izin.
"JITRA itu jarang sih main di situ karena ada masalah perizinan, ribet. Jadi lebih pilih di Taman Menteng, GBK, atau Stadium Velodrome Rawamangun," ujarnya.
Kini, JISCO bersama dengan sejumlah komunitas lainnya bergabung untuk menggelar Rolling Akbar.
Acara tersebut digelar dalam rangka halalbihalal. Selain itu, untuk membersihkan citra para pesepatu roda setelah viral aksi klub Monastana Inline Skate yang bermain sepatu roda tengah jalan dan membuat netizen geram.
"Kita mau kasih contoh yang baik setelah hal yang ramai kemarin, menunjukkan kalau kita juga peduli, bahwa perilaku kita juga bagus," ujar Koordinator untuk Perkumpulan Pesepatu Roda Gelora Bung Karno (GBK) Ridwan (24).