ANALISIS

Nasib Politik dan Polarisasi Jakarta Usai Anies Tinggalkan Ibu Kota

CNN Indonesia
Jumat, 20 Mei 2022 15:15 WIB
Pakar mengulas nasib politik DKI Jakarta usai Anies Baswedan tak lagi menjabat sebagai Gubernur dan penggantinya dilantik Oktober 2022.
Pengganti Anies akan dilantik Oktober 2022. (CNN Indonesia/LB Ciputri Hutabarat)
Jakarta, CNN Indonesia --

Masa jabatan Gurbernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan habis pada Oktober mendatang. Perbincangan mengenai Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur yang akan mengisi kursi DKI 1 hingga gesekan menuju pemilu 2024 semakin panas dibicarakan publik.

Sebanyak tiga nama yang disebut-sebut akan jadi pengganti Anies di antaranya, Kepala Sekretariat Kepresidenan (Kasetpres) Heru Budi Hartono, Deputi IV Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Juri Ardiantoro, dan Sekretaris Daerah DKI Jakarta Marullah Matali.

Nasib politik Ibu Kota setelah ditinggal Anies masih misteri. Tiga nama calon di atas disebut bukan 'orang Anies'. Mereka juga bakal menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya polarisasi warga Jakarta yang masih tajam usai Pilkada DKI 2017 lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati memprediksi kondisi politik Jakarta sepeninggal Anies justru akan menunjukkan keseimbangan.

"Kalau dalam pengamatan saya politik DKI usai Anies turun saya pikir akan menunjukkan keseimbangan ya," kata Wasis saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (20/5).

Menurut Wasis, pengaruh kelompok konservatif yang selama ini berada di balik kubu Anies perlahan akan berkurang, seiring mantan Rektor Universitas Paramadina itu tak lagi menjadi gubernur.

Di sisi lain, kelompok nasionalis pluralis, terutama pendukung mantan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok akan kembali tampil.

Menurut Wasis, selama ini setelah demonstrasi besar-besaran 212 yang diikuti dengan kemenangan Anies sebagai DKI 1, kelompok pluralis seakan tidak mendapatkan tempat di ruang publik.

"Kelompok-kelompok konservatif yang berada di balik kubu Anies itu juga lambat laun pengaruhnya mengendur seiring Anies tidak lagi menjabat gubernur DKI," tutur Wasis.

"Jadi saya pikir akan menemukan keseimbangan pola seperti halnya dulu Anies sebelum menjabat sebagai gubernur," imbuhnya.

Meski kedua kubu dalam kondisi seimbang, kata Wasis, gesekan tidak akan terjadi di ruang publik. Ketegangan hanya akan terjadi di media sosial dan daerah tertentu yang memang menjadi basis pendukung Anies.

Wasis belum bisa menyebut apakah masyarakat akan terpolarisasi. Menurutnya, persoalan ini menjadi salah satu bentuk ujian bagi konsistensi popularitas Anies yang dianggap sebagai simbol bagi kalangan pemilih religius. Popularitas Anies akan diuji saat ia tidak lagi menjabat Gubernur DKI Jakarta.

"Karena selama ini yang kita lihat dan amati polarisasi itu muncul ketika sosok yang didukung itu adalah pejabat publik," tuturnya.

Pengganti Anies Jangan Jadi Simbol Perlawanan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER