Jerit Warga Marunda, Masyarakat Pesisir DKI yang Krisis Air Bersih

Yogi Anugrah | CNN Indonesia
Sabtu, 21 Mei 2022 11:35 WIB
Jerit Warga Pesisir Jakarta Krisis Air Bersih: Gak Mungkin Pakai Air Laut
Warga di Marunda, Jakarta Utara, mengalami krisis air bersih, 20 Mei 2022. (CNN Indonesia/Yogi Anugrah)
Jakarta, CNN Indonesia --

Habiba, warga RT 09 RW 07 di Kelurahan Marunda, Jakarta Utara kesal bukan kepalang pada akhir April lalu.

Keran-keran di rumahnya tiba-tiba tak lagi mengeluarkan air bersih. Layanan air bersih dari perpipaan rekanan PAM Jaya, Aetra itu tiba-tiba terhenti.

Setidaknya ratusan kepala keluarga di daerahnya itu mengalami nasib yang sama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebelum lebaran itu [layanan air setop], enggak ada pemberitahuan, kita juga kaget," ucap perempuan paruh baya itu saat ditemui CNNIndonesia.com, Jumat (20/5).

Warga-warga Jakarta yang daerahnya berbatasan dengan Kabupaten Bekasi itu pun mulai mengadu, dan mencari tahu penyebab layanan air bersih terputus. Namun, hingga perbincangan dengan CNNIndonesia.com itu berlangsung, Habiba mengatakan warga tak mendapat jawaban pasti.

Warga semakin gelisah lantaran aliran air di salah satu RT yang berbatasan dengan daerah itu, sama sekali tidak terganggu

"Kenapa di sana bisa hidup, kita tanya, katanya lagi dikerjain (di sini), enggak dikasih tahu penyebabnya," keluhnya.

Kebutuhan akan air bersih pun tak bisa terhentiseiring keran-keran di rumah hanya mengeluarkan angin. Akhirnya, Habiba--dan juga para tetangga yang senasib--merogoh kocek demi membeli air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Penggunaannya pun dihemat-hemat, seirit mungkin.

Ironis, hingga akhirnya dia mengeluarkan pernyataan jika dihadapkan antara air dan nasi, maka yang pertama akan dipilihnya.

"Kita kalau pulang bukan nyari nasi, kita nyari air, yang penting air. Kita pengen ke WC, itu pakai air," kata Habiba.

Tak jarang, ia mengambil air laut untuk sekadar membersihkan kamar mandi. Jarak rumahnya memang hanya selemparan batu dari Teluk Jakarta.

"Dulu pernah putus (pasokan air) tapi cuma beberapa hari," katanya.

Marunda Krisis Air BersihWarga RT 09 RW 07 di Kelurahan Marunda, Jakarta Utara mengisi wadah penampungan dengan air bersih bantuan setelah suplai layanan pipa tersetop, 20 Mei 2022. (CNN Indonesia/Yogi Anugrah)

Denda Jika Telat Bayar

Sebelum layanan air bersih tersetop pada April lalu, Habiba mengaku selalu membayar tagihan setiap bulannya. Warga biasanya membayar tagihan kepada pengurus yang telah ditunjuk.

Ia bercerita warga yang telat membayar tagihan biasanya mendapat denda. Telat bayar sehari, didenda Rp15 ribu.

"Telat didenda. Kita mah maunya dialihin ke PAM Jaya, kalau memang enggak jelas nama kita tidak terdaftar di sana (Aetra)," kata Habiba.

Pasokan air bersih yang terganggu juga terjadi di RT 08 RW 07. Salah seorang warga di RT tersebut, Iman, mengeluhkan air yang tak kunjung ada hingga saat ini.

Ia mengaku sempat bertanya soal penyebab peristiwa itu kepada pengurus. Namun jawaban yang didapat tidak memuaskan.

"Kata pengurusnya (karena) enggak bayar, enggak pernah ada yang bayar. Kan saya bertanya, kalau ada yang enggak bayar, itu aja yang diputus. Kita yang bayar juga ikut sengsara kalau begini," ucap Iman.

Pria 56 tahun ini bercerita tersedianya layanan air perpipaan di daerah itu sudah cukup lama. Saat itu, kata dia, warga dibantu seorang calon anggota DPRD DKI Jakarta untuk memasang.

Lantaran di daerah pesisir, masyarakat tak bisa mengakses air tanah karena kualitasnya yang kurang baik.

"Ada caleg DPRD, kita minta bantuan, dia kenal orang Aetra, akhirnya dibuat tersambung. Lama-lama sampai sekarang ini masih berjalan, berhubung kendala ada ya enggak tahu macet," tutur Iman mengisahkan.

Sejak aliran terganggu, ia juga mengaku mengeluarkan uang lebih untuk membeli air, tenaga ekstra harus dikeluarkan karena mengangkut satu per satu jirigen dengan sepeda motor dari tempat dibelinya air.

Pengeluaran pun jadi lebih boros, pria yang bekerja sebagai nelayan ini mengungkap harus merogoh kocek hingga lebih dari 50 persen dibandingkan biaya yang biasa dibayar.

Biasanya, paling minim ia membayar Rp150 ribu per bulan jika berlangganan Aetra. Jika membeli, ia membayar Rp3 ribu per galon. Sementara sehari, untuk kebutuhan domestik, dia bisa menghabiskan sembilan galon.

"Perlu untuk ke kamar mandi, kalau buang air, cebok, terpaksa air galon. Kalau saya sih laki-laki, anak saya yang perempuan, istri saya, kan gak mungkin pakai air laut. Kalau saya tinggal nyebur," ucapnya.

Kiriman bantuan air bersih ada di halaman selanjutnya.

Bantuan Air Bersih hingga Suara Komisi D DPRD DKI

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER