Jakarta, CNN Indonesia --
Hubungan renggang Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bisa memberi angin segar bagi partai lain untuk meraup suara dari warga NU.
Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai hubungan antara PBNU dan PKB yang menghangat belakangan ini setidaknya bisa menjadi pintu masuk Partai Persatuan Pembangunan meraup suara kalangan NU karena punya latar belakang kultur yang beririsan.
Bila PBNU serius melepaskan diri dari PKB, lanjut Ujang, maka perolehan suara warga NU dalam Pemilu akan menyebar ke banyak partai. Tak hanya parpol berbasis Islam yang bersinggungan dengan NU diuntungkan, tetapi juga partai nasionalis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang diuntungkan ya tentu partai-partai berbasis massa Islami yang beririsan dengan NU seperti PPP. Tapi kan suara NU itu menyebar ke partai nasionalis juga karena banyak aktivis dan pengurusnya jadi pengurus PBNU," kata Ujang kepada CNNIndonesia.com, Selasa (24/5).
Diketahui, kepengurusan PBNU di bawah Yahya Cholil Staquf turut mengakomodasi kader-kader parpol berhaluan nasionalis. Di antaranya politikus PDIP Mardani Maming sebagai Bendahara Umum PBNU.
Politikus PDIP lain yang tergabung dalam jajaran PBNU yakni Nasyirul Falah Amru yang diberikan amanah sebagai salah satu Ketua tanfidzyah PBNU. Sementara itu politikus kawakan Partai Golkar Nusron Wahid kini duduk sebagai Wakil Ketua Umum.
Ujang menilai momentum saat ini sebetulnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh partai lain dengan merangkul warga NU. Ia mengatakan kader-kader parpol non PKB di PBNU bisa saja terus bermanuver menggaet hati warga NU meski Gus Yahya telah mengeluarkan pernyataan agar NU tak dijadikan alat politik.
"Mereka diuntungkan juga. Meski Gus Yahya bilang 'Jangan jual NU', tapi fakta di lapangan enggak ada yang tahu. Bisa saja manuvernya masing-masing menggaet warga NU," kata dia.
Di sisi lain, Ujang menilai PKB perlu bekerja keras untuk mempertahankan dan meningkatkan perolehan suara di tengah polemik ini. Terlebih lagi, kondisi hubungan PKB dan PBNU periode saat ini sudah tak 'semesra' seperti hubungan PKB dan PBNU periode sebelumnya.
"Maka ya suka tidak suka pemilu ke depan ini potensial memisahkan atau membuat garis demarkasi yang jelas. PKB harus kerja keras dan menjaga konstituen itu," kata dia.
Berlanjut ke halaman berikutnya...
Panas dingin hubungan PKB-PBNU belakangan ini bermula ketika Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengatakan belasan juta pendukung yang diklaim dimiliki PKB tidak terpengaruh siapa pun, tak terkecuali imbas dari pernyataan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya.
Diketahui, Yahya menyatakan NU tak boleh jadi alat politik parpol manapun, termasuk PKB usai terpilih sebagai Ketum PBNU 2022-2027 pada Desember 2021 lalu.
Teranyar, Cak Imin mengumpulkan ribuan ulama dan habib di Jatim dalam agenda silaturahmi dan doa bersama. Pertemuan itu digelar hanya beberapa hari usai Gus Yahya berkeliling ke sejumlah ulama di Jatim.
Gus Yahya merespons santai langkah Cak Imin mengumpulkan kiai di Jatim tersebut. "Monggo, monggo. Nanti kan sebentar lagi Panglima [TNI] juga akan mengumpulkan ulama juga," canda Gus Yahya.
 Foto: ANTARA/HO-NU Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menggelar silaturahmi ke sejumlah kiai dan pondok pesantren besar di Jawa Timur selama tiga hari yang dimulai Rabu 18 Mei 2022. ANTARA/HO-NU |
Dekan FISIP Universitas Trunojoyo Surokim Abdus Salam menilai langkah Gus Yahya mendeklarasikan PBNU agar tak jadi alat bagi parpol justru sebagai cara untuk mendewasakan PKB.
"Ini sebetulnya cara PBNU mendewasakan PKB. Agar PKB bisa ekspansif, bisa kelola partai tak hanya mengandalkan warga NU saja, tapi juga bisa berkembang," kata Surokim.
Surokim berpendapat sudah tepat PBNU memposisikan diri sesuai khitahnya berdiri di atas semua golongan dan tak mengistimewakan PKB. Artinya, Ia menilai Gus Yahya dan PBNU tengah 'menantang' semua parpol untuk bersama-sama berkhidmat bagi warga NU.
Ia berpendapat nantinya warga NU yang akan menjatuhkan pilihannya pada parpol mana yang akan dipilih dalam pemilu sesuai kontribusinya selama ini.
"Karena warga NU ada di mana-mana. Ini jadi kesempatan bagi parpol lain memberi manfaat bagi warga NU. Nanti toh warga NU yang akan menentukan. Siapa yang bisa memberikan manfaat besarnya itu," kata dia.
 Foto: CNN Indonesia/ Farid Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengumpulkan ribuan ulama dan habaib dalam acara silaturahmi dan doa bersama untuk perdamaian dunia di Kota Surabaya, Minggu (22/5). |
Di sisi lain, Surokim berpendapat PKB akan merugi dalam Pemilu bila tak mampu menangkap sinyal dari PBNU tersebut. Terlebih lagi bila kerja-kerja PKB nantinya lalai untuk berkhidmat terhadap warga NU. Maka sebaliknya, lanjut dia, partai lain yang lebih kontributif kemungkinan akan dipilih oleh warga NU.
"Karena itu saya kira jadi pendewasaan PKB. Jadi kalau PKB ogah-ogahan males-malesan membersamai warga NU, mereka akan rugi sendiri. PKB harus perbaiki cara komunikasi publiknya agar tak berada dalam posisi vis a vis dengan PBNU karena tak ada manfaatnya. PKB itu butuh ekspansif. Bukan membuka front dengan PBNU," kata dia.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PPP, Arwani Thomafi pada akhir Desember 2021 lalu mendukung sikap Gus Yahya tak ingin PBNU menjadi alat politik PKB. Baginya, pernyataan itu sebagai pengejawantahan khittah asli NU. Baginya, level NU jauh lebih tinggi ketimbang parpol.
"Sikap dan komitmen Gus Yahya yang seperti inilah sikap pengejawantahan Khittah NU yang asli. Kami rindu dan menyambut baik dengan komitmen seperti ini," kata Arwani kepada CNNIndonesia.com, saat dikonfirmasi, Jumat (31/12).