Eks pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab kembali ke tengah masyarakat usai mendapat program Pembebasan Bersyarat (PB) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) pada Rabu (20/7). Rizieq menghirup udara bebas setelah menjalani penahanan terhitung sejak 12 Desember 2020.
Meskipun begitu, Rizieq masih harus menjalani bimbingan dari Balai Pemasyarakatan (Bapas) hingga 10 Juni 2024. Jika melakukan pelanggaran dalam masa bimbingan tersebut, Rizieq akan kembali masuk bui tanpa persidangan.
Pada hari pembebasan bersyaratnya, Rizieq langsung menggelar konferensi pers di kediamannya di Petamburan, Jakarta Pusat. Dalam kesempatan itu, ia menyinggung pihak-pihak yang mempunyai andil terhadap program pembebasan bersyarat dirinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mau ingetin nih, kan sekarang lagi musim politik, orang lagi ribut politik, orang lagi ingin mengambil keuntungan dari setiap kesempatan politik. Nah, yang ingin saya sampaikan pembebasan saya pada hari ini tidak ada sangkut paut dengan keputusan politik apa pun," ucap Rizieq.
"Tidak ada sangkut paut dengan keputusan politik apa pun dari partai politik apa pun. Jadi, kalau besok atau lusa ada yang tiba-tiba mengklaim, bohong itu semua." tambah habib Rizieq.
Lantas, bagaimana dampak pembebasan bersyarat Rizieq terhadap peta politik Pilpres 2024 mendatang?
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai yang dibutuhkan oleh elite ataupun partai politik adalah konstituen yang luas. Dan Rizieq, kata dia, mempunyai basis pendukung yang begitu banyak. Dengan kondisi itu, Rizieq bisa memberikan keuntungan bagi kepentingan elite ataupun partai politik tertentu.
"Dia masih punya pengikut," kata Ujang saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (21/7).
"Politik itu yang dibutuhkan massanya, pendukungnya, loyalisnya, konstituennya. Itu yang akan dimanfaatkan oleh partai politik atau elite-elite tertentu untuk deal berjuang bersama," imbuhnya.
Kendati FPI-- organisasi yang membangun kekuatan politik Rizieq-- telah dibekukan oleh pemerintah, itu tidak menepis fakta bahwa Rizieq mempunyai basis pengikut yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Itu lah yang membuat Rizieq kemungkinan besar masih menjadi tokoh yang diperhitungkan untuk didekati terkait pemilu mendatang. Terlebih, Aksi Bela Islam II pada 2 Desember 2016 telah terbukti mampu menaikkan nama Rizieq ke tingkat nasional. Sejumlah pihak juga menganggap Rizieq mampu membangun koalisi baru umat islam.
"Ada isu, ada panggung, dan ada momentum. Kalau momentum ada, dia bisa membangun sebuah momentum baru, bisa jadi dia akan menjadi tokoh yang diperhitungkan lagi," tandasnya.
Namun demikian, Ujang memandang bahwa Pemilu 2024 akan sangat berbeda dengan Pemilu 2019. Sebelumnya, menurut Ujang, pengaruh Rizieq terlihat begitu dahsyat lantaran Pemilu 2019 hanya menghadirkan dua pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden.
"2024 kondisinya berbeda. Kemungkinan calonnya bervariasi, kemungkinan saja akan menghadirkan tiga atau empat pasangan calon," tutur Ujang.
"Nanti walaupun Rizieq dukung-mendukung terhadap calon tertentu, kekuatan Rizieq tidak akan terlalu terlihat, tidak sedahsyat 2019 lalu," sambungnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya...