Nama asli dan asal-usul pahlawan nasional Kapitan Pattimura ramai diperbincangkan publik di media sosial. Perdebatan muncul ketika Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengungkap teori nama asli pahlawan nasional Kapitan Pattimura bukanlah Thomas Matulessy, melainkan Ahmad Lussy, tokoh perlawanan kolonialisme beragama Islam.
"Kami berusaha mencari, lihat, tanya pakar sejarah dikumpulkan. Allahuakbar. Ternyata nama aslinya kapiten Pattimura itu bukan Tomas tapi Ahmad Lussy," kata UAH dalam video yang viral di media sosial.
"Siapa Ahmad Lussy itu? beliau itu adalah seorang pejuang, beliau itu adalah seorang Kiyai, beliau itu adalah seorang pemimpin pesantren. Beliau arahkan anak-anak santrinya untuk berjuang menegakkan kebenaran di bumi pertiwi ini," sambungnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan itu memantik respons sejumlah kalangan termasuk sejarawan dari Universitas Gadjah Mada (UGM( Satrio Dwicahyo (Ody). Ia menyebut teori itu membutuhkan kajian kritis terhadap sumber.
"Yang diperlukan adalah kritis terhadap sumber," kata Ody, dikutip dari detikcom.
Menurutnya, narasi-narasi itu bukan kali pertama muncul dan tumbuh subur selepas runtuhnya Orde Baru. Narasi serupa juga muncul tentang Borobudur peninggalan Nabi Sulaiman, Majapahit sebagai kerajaan Islam, Gajah Mada bernama Gaj Ahmada, hingga Napoleon Bonaparte seorang Muslim.
Meski demikian, Ody menjabarkan bahwa teori yang dibicarakan UAH itu juga pernah dikemukakan Prof Ahmad Mansur Suryanegara dalam buku 'Api Sejarah'.
"Ini populer di sekitar tumbangnya Orde Baru. Ini dianggap suatu kesempatan untuk revival (kebangkitan), dengan anggapan bahwa kelompok Islam disudutkan dalam historiografi nasional selama Orba," kata Ody.
Sementara itu, pihak yang mengklaim sebagai pewaris Pattimura dari Ambon juga menyodorkan sebuah klaim mengenai wajah asli Pattimura yang tak berkumis.
Menurut Keluarga Matulessy dari Pulau Haruku Maluku yang mengklaim sebagai pewaris keturunan Kapitan Pattimura, sosok Kapitan ini tidak memiliki kumis tebal. Hal itu ditunjukkan lewat sebuah gambar wajah yang menunjukkan sosok tanpa golok dan kumis.
"Pada tahun 1951, tim sejarah melukis wajah Pattimura yang memegang parang dan salawaku itu, sedangkan gambar wajah yang disimpan di Hulalui (Pulau Haruku) mirip dengan wajah lukisan (dari) Ver Huell, kapten perang Belanda," kata Thomas Matulessy, yang mengaku keturunan Pattimura kepada detikcom, Rabu (6/7).
Berbeda dari catatan sejarah nasional selama ini yang menyebut Pattimura lahir di Haria, Pulau Saparua, Thomas menyatakan Pattimura lahir di Hulaliu, Pulau Haruku. Quirijn Maurits Rudolph (QMR) Ver Huell adalah tentara Belanda semasa Pattimura. Dia menyatakan Ver Huell sempat memiliki gambar wajah Pattimura. Adapun lukisan Pattimura berkumis dia katakan dibuat setelah Indonesia merdeka.
Merespons isu tersebut, sejumlah netizen mengkritik pernyataan itu karena dianggap tak substansial. Akun @Kirafiol mengatakan yang lebih penting adalah perjuangannya terhadap kemerdekaan Indonesia.
"Dulu kita siswa mungkin gak peduli Pattimura agamanya apa, si singa mangaraja agamanya apa, cut nyak din agamanya apa. Yg penting selama membela Indonesia, mereka pahlawan," ujar dia.
Sementara, akun @Leonita_Lestari menyindir ucapan UAH sebagai "lawakan tak lucu".
"Masih saja ada lawakan ga lucu yang dipaksakan tampil, kisah rebutan agama sang Kapitan Pattimura yang justru makin menambah riuh namun tanpa kehadiran si esensi," kicaunya.
Sejarawan dari Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan (FKIP) Universitas Pattimura Ambon Jhon Pattiasina mengatakan nama Kapitan Pattimura Thomas Matulessy sudah tidak perlu diperdebatkan lagi.
Jhon menyatakan Thomas Matulessy dan Ahmad Lussy merupakan dua sosok yang berbeda.
"Jadi nama Kapitan Pattimura Thomas Matulessy sudah final tak perlu diperdebatkan lagi, apalagi soal asal-usul dan agama," ujar Jhon saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (7/7).
(cfd/tsa)