SUARA ARUS BAWAH

Suara Pekerja di DKI soal Wacana Perubahan Jam Kantor Demi Atasi Macet

CNN Indonesia
Sabtu, 23 Jul 2022 10:15 WIB
Sejumlah pekerja swasta di DKI berbagi pendapat perihal usulan Polda Metro Jaya untuk menggeser-geser jam kerja kantor demi atasi macet Jakarta.
Karyawan menuju kantor saat pagi di kawasan Sudirman, Jakarta, Senin, 8 April 2019. (CNNIndonesia/Safir Makki)

Ubah Jam Kerja Tak Efektif

Wasi (40) pun berpendapat serupa. Ia menilai faktor utama yang harus diperbaiki guna mengurai kemacetan adalah transportasi umum di Jakarta. Sebab, ganjil genap yang sudah berjalan kini pun menurutnya masih tidak efektif mengurangi kemacetan di Ibu Kota.

"Kalau jam kerja dibedakan tidak efektif ya, bisa mengganggu pola kerjaan seperti rutinitas berangkat pagi atau siang gitu, jadi seperti itu tidak bisa, kurang solutif lah ya. Yang terdekat yaitu penyempurnaan transportasi massal ya," ujar Wasi seorang karyawan swasta saat ditemui di depan Stasiun Sudirman, Jakarta Pusat.

Wasi pun menilai, bahkan semisal Pemprov DKI mengeluarkan imbauan atau instruksi agar masyarakat lebih memilih transportasi umum ketimbang kendaraan pribadi pun tidak akan menyelesaikan permasalahan kemacetan yang mengakar di Ibu Kota.

"Pasti semua orang sudah memiliki kesadaran sendiri, tentang enak tidaknya [naik transportasi publik atau kendaraan pribadi]. Jadi ya masalahnya berarti transportasi publik mungkin kurang nyaman ya," katanya.

Wasi (40 tahun) menilai faktor utama yang harus diperbaiki guna mengurai kemacetan adalah transportasi umum di Jakarta.Wasi (40 tahun) menilai faktor utama yang harus diperbaiki guna mengurai kemacetan adalah transportasi umum di Jakarta. (CNN Indonesia/Khaira Ummah Junaedi)

Jam dan Pola Kerja Kantor Belajar dari Kondisi Covid

Sementara itu, Bella (29) menilai usulan penyesuaian jam kantor dapat menjadi salah satu solusi mengurai kemacetan di Jakarta. Ia mencontohkan, pada saat kasus virus corona (Covid-19) naik di Jakarta, banyak kantor yang memberlakukan tiga bahkan lebih sif pemberangkatan dalam sehari guna mengurangi kapasitas pekerja dalam ruangan.

Pembagian jam kantor menurutnya juga sudah mulai dapat diterima dengan kondisi 'new normal' yang terjadi di banyak perusahaan terutama sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia dalam dua tahun lebih ini.

"Kalau menurut saya efektif, karena di kantor saya juga dulu pernah ada pembagian jam kerja. Jadi menurut saya bisa menyebabkan tidak terlalu ramai dan mengurangi macet, dan buat penyebaran Covid-19 lumayan seperti ditekan penyebarannya," kata Bella, karyawan swasta bidang barang dan jasa saat ditemui di depan Stasiun Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Bella pun menilai, transportasi publik di Jakarta sudah cukup nyaman namun perlu dimaksimalkan pelayanannya. Untuk KRL, ia menilai jumlah armada yang dioperasikan sudah cukup, hanya saja pengaturan mobilitas warga di dalam stasiun perlu diperbaiki.

Sementara untuk Transjakarta, ia meminta Pemprov DKI melakukan evaluasi dan wanti-wanti agar sopir yang mengendarai transportasi umum meminimalisir potensi penyebab kecelakaan.

"Jadi memang sih perlu ditingkatkan [pelayanan dan kualitas pada] transprotasi umumnya. Tapi kalau soal jam kantor itu perlu juga dicoba," ujarnya.

Bella (29 tahun) menilai usulan penyesuaian jam kantor dapat menjadi salah satu solusi mengurai kemacetan di Jakarta.Bella (29 tahun) menilai usulan penyesuaian jam kantor dapat menjadi salah satu solusi mengurai kemacetan di Jakarta. (CNN Indonesia/Khaira Ummah Junaedi)

Evaluasi atas Kemacetan Jakarta sebagai Pusat Aglomerasi

Senada, Ika (34) juga menilai tidak ada salahnya mencoba usulan penyesuaian jam kantor agar tidak bersamaan dan diharapkan mampu mengurangi kemacetan di Jakarta. Toh menurutnya setiap kebijakan harus ada evaluasi setelahnya.

Ia menilai, kemacetan di Jakarta merupakan sebuah pekerjaan rumah yang kompleks, sebab Jakarta merupakan wilayah sentral dari daerah aglomerasi lainnya seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek).

"Jadikan Jakarta itu pusatnyalah ya, istilahnya dari daerah Jabodetabek itu. Jadi susah memang ya jumlah pekerja banyak [dari luar Jakarta], kayak saya dari Bojonggede [Kabupaten Bogor] gitu. Jadi memang PR buat pemerintah gitu," kata pegawai swasta itu saat ditemui di Stasiun Manggarai, Jakarta Pusat.

Ika (34 tahun) mengusulkan agar penyesuaian jam kerja juga dibarengi dengan sif WFH dan WFO guna mengurai kemacetan di Ibu Kota.Ika (34 tahun) mengusulkan agar penyesuaian jam kerja juga dibarengi dengan sif WFH dan WFO guna mengurai kemacetan di Ibu Kota. (CNN Indonesia/Khaira Ummah Junaedi)

Ika pun menyarankan agar Pemprov DKI ikut mengkaji opsi pembagian Work from Home (WFH) dan Work from Office (WFO) pada sektor non esensial meskipun Covid-19 sudah melandai nantinya. Hal itu menurutnya dapat mengurangi kemacetan di Jakarta dan cukup efektif.

"Kalau menurut saya, untuk pembagian sif kerja itu mungkin bisa dicoba ya, jadi setuju saja," kata Ika.

Sebab menurutnya, jumlah armada transportasi publik di Jakarta sudah cukup banyak, namun tetap saja kemacetan terjadi di mana-mana. Hal itu menurutnya wajar terjadi lantaran mayoritas pekerja dari daerah penyangga Jakarta pun masih membutuhkan akses transportasi seperti ojek daring untuk menuju kantornya masing-masing.

"Sejak pandemi itu kan kantor bisa menyesuaikan ya. Jadi bisa dicoba juga sebagian pekerja ada yang WFH dan WFO gitu," ujar Ika.

(khr/kid)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER