SUARA ARUS BAWAH

Suara Pekerja di DKI soal Wacana Perubahan Jam Kantor Demi Atasi Macet

CNN Indonesia
Sabtu, 23 Jul 2022 10:15 WIB
Sejumlah pekerja swasta di DKI berbagi pendapat perihal usulan Polda Metro Jaya untuk menggeser-geser jam kerja kantor demi atasi macet Jakarta.
Warga memotret kondisi lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, menggunakan gawainya. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Jakarta, CNN Indonesia --

Polda Metro Jaya mengusulkan agar jam kerja kantor di wilayah DKI Jakarta diubah untuk mengurangi kemacetan di ibu kota negara Indonesia tersebut.

Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Latif Usman berpendapat waktu keberangkatan pekerja menurutnya mesti diatur agar tidak menumpuk pada jam yang sama.

Pihaknya pun mencontohkan rekayasa jam-jam masuk kerja untuk usulan tersebut. Dia mencontohkan pembagian jam kantor dapat dilakukan setelah keberangkatan anak sekolah di jam 07.00 pagi.

Para pekerja esensial seperti aparatur sipil negara yang biasanya membutuhkan apel pagi bisa mulai berangkat ke kantor pukul 08.00 WIB. Kemudian pekerja swasta lainnya dapat berangkat dari jam 09.00, lalu jam 10.00, dan ada pula yang jam 11.00 siang.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut pihaknya dalam waktu dekat akan duduk bersama Polda Metro Jaya membahas usulan ini. Menurut Riza usulan itu patut dipertimbangkan.

Namun, bagaimanakah respons kelompok pekerja di wilayah DKI Jakarta atas usulan tersebut?

Transportasi Publik dan Pedestrian di Jakarta

Jeremy (23) pekerja di wilayah Jakarta Barat melihat usulan pengubahan jam kerja itu sebagai sebuah ide yang belum matang. Namun, dia melihat tidak ada salahnya dipertimbangkan.

Pria yang kesehariannya bekerja sebagai arsitek ini mengusulkan agar Pemprov DKI lebih mempertimbangkan tata letak kota serta sarana transportasi publik.

Ia menilai, Jakarta yang merupakan kota megapolitan sudah terlalu ramai didatangi para pekerja dari daerah penyangga hingga provinsi lain di luar Jakarta, untuk itu transportasi massal diharapkan mampu menarik minat mayoritas pekerja dengan pemerintah yang wajib meningkatkan kepastian keamanan dan kenyamanan bagi para penumpang.

"Salah satu penyebab macet pasti memang jam kerja yang bersamaan. Tapi kalau lihat efektivitas dari jam kerja yang diubah dengan transportasi publik yang dimaksimalkan, tentu tetap efektif transportasi publiknya diperbaiki," kata Jeremy saat ditemui CNNIndonesia.com, Jumat (22/7).

Jeremy (23 tahun) menilai usulan penyesuaian jam kerja sebagai sebuah ide yang belum matang, namun tidak ada salahnya dipertimbangkanJeremy (23 tahun) menilai usulan penyesuaian jam kerja sebagai sebuah ide yang belum matang, namun tidak ada salahnya dipertimbangkan. (CNN Indonesia/Khaira Ummah Junaedi)

Jeremy juga menilai, salah satu upaya mengurangi kemacetan adalah dengan menyediakan fasilitas ramah pedestrian yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia sebagai negara beriklim tropis. Ia menyebut imbauan pekerja untuk jalan kaki itu harus dibarengi pula dengan pemenuhan fasilitas memadai bagi pedestrian dapat dicoba di ibu kota.

Hal itu disampaikannya merujuk pada sebuah studi yang dilakukan para ilmuwan di Universitas Stanford, Amerika Serikat.

Studi itu meneliti aktivitas masyarakat di sejumlah negara. Salah satu hasilnya mengungkap bahwa Indonesia menjadi negara paling malas berjalan kaki di seluruh dunia.

"Kalau Jakarta ingin menjadi walkable city maka harus menyelesaikan permasalahan seperti di negara tropis dengan membuat jalur pedestrian yang rapi dan dibarengi dengan penanaman pohon-pohon di sekitaran jalan. Itu menurut saya dapat mengurangi kemacetan dengan mengajak pekerja jalan kaki," kata dia.

Tidak Signifikan Urai Macet, Desak Transportasi Massal

Nafilah (26) berpendapat wacana pengaturan jam kantor secara keseluruhan di DKI itu tidak signifikan dalam mengurai kemacetan di Jakarta. Letak permasalahan kemacetan Jakarta yang disumbang kehadiran para pekerja menurutnya ada pada sektor transportasi publik.

Dengan perbedaan jam masuk kantor yang diusulkan berkisar satu jam itu pun menurutnya tidak akan menyumbang solusi efektif. Pasalnya, kemacetan di Ibu Kota bahkan terjadi di beberapa titik transportasi publik. Untuk itu ia meminta pemerintah terlebih dahulu fokus pada pemenuhan transportasi massal yang nyaman.

"Karena kan tidak jarang penumpukan di KRL terjadi karena beberapa masalah keterlambatan jadwal. Kenapa enggak fasilitas umum dulu yang dibenahi, misal penambahan jadwal keberangkatan di KRL, akses MRT dan LRT dipercepat untuk sampai ke beberapa wilayah DKI, bahkan Bogor," ujar Nafilah seorang karyawan Swasta saat ditemui CNNIndonesia.com di wilayah Cikini, Jakarta, Jumat.

Nafilah (26 tahun)  berpendapat usulan pengaturan jam kantor tidak signifikan dalam mengurai kemacetan di JakartaNafilah (26 tahun) berpendapat usulan pengaturan jam kantor tidak signifikan dalam mengurai kemacetan di Jakarta. (CNN Indonesia/Khaira Ummah Junaedi)

Nafilah juga menyoroti temuan yang membuat tak nyaman penumpang transportasi publik akhir-akhir ini, seperti misalnya kasus pelecehan seksual di KRL yang dilaporkan terjadi beberapa kali, hingga kecelakaan Transjakarta yang kerap terjadi belakangan.

Pemprov DKI menurutnya harus memperhatikan betul temuan itu dan sering melakukan evaluasi baik kepada armada transportasi hingga kinerja perseorangan. Upaya itu harus dilakukan agar mampu meningkatkan kepercayaan publik terhadap transportasi umum di Ibu Kota.

"Pokoknya fokus ditambahin transportasi yang bisa bikin masyarakat punya banyak opsi agar enggak melulu menghabiskan waktunya di kendala transportasi umum dan sebagainya," tuturnya.

Baca suara-suara warga lain di halaman selanjutnya.

Belajar dari Pengetatan di Era Pandemi Covid

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER