ANALISIS

Cermin Bansos Bermasalah di Kuburan Beras Depok

CNN Indonesia
Selasa, 02 Agu 2022 14:06 WIB
Pakar publik menilai temuan kuburan beras bansos di Depok hanyalah fenomena puncak dari gunung es. Mensos Risma didorong untuk tak lepas dari tanggung jawab.
Temuan bantuan sosial (bansos) Presiden Jokowi berupa beras hingga 1 ton di Kota Depok dinilai sebagai potret buruk penyaluran bansos selama pandemi Covid-19. Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino
Jakarta, CNN Indonesia --

Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahardiansyah menilai temuan bantuan sosial (bansos) Presiden Jokowi berupa beras hingga 1 ton di Kota Depok merupakan potret buruk penyaluran bansos selama pandemi Covid-19.

Menurut Trubus, temuan itu hanya puncak dari fenomena gunung es terkait karut marut penanganan bansos selama pandemi. Dia bahkan meyakini kasus serupa juga terjadi di daerah-daerah lain.

"Ini kayak fenomena gunung es aja. Mudah-mudahan cuma satu, tapi mungkin juga ada tempat lain yang sama," kata Trubus kepada CNNIndonesia.com, Selasa (2/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Temuan beras bansos presiden kali pertama terungkap lewat akun Instagram update info Jakarta pada Minggu (31/7). Kadinsos Kota Depok Asloe'ah Madjri mengonfirmasi beras yang terkubur merupakan banpres atau bantuan sosial dari presiden untuk warga terdampak Covid-19.

PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir alias JNE selaku distributor mengklaim beras itu dikubur berdasar kesepakatan para pihak terkait karena tak lagi memenuhi standar mutu alias rusak.

"Terkait dengan pemberitaan temuan beras bansos di Depok, tidak ada pelanggaran yang dilakukan, karena sudah melalui proses standar operasional penanganan barang yang rusak sesuai dengan perjanjian kerja sama yang telah disepakati dari kedua belah pihak," kata Eri dalam keterangan tertulis, Minggu (31/7).

Kementerian Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mengatakan beras bansos Presiden yang dikubur itu sudah tak layak konsumsi karena rusak saat dalam perjalanan distribusi ke Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Beras tersebut berasal dari penyaluran Bansos Presiden Tahap 2 dan 4 Tahun 2020. Kala itu, Pemerintah membagikan Bantuan Presiden berupa beras 25 kilogram pada tahap 2 dan 4 untuk 1,9 juta KPM di wilayah Jabotabek.

Beras-beras itu disalurkan oleh Bulog melalui transporter JNE dengan kemasan 20 kilogram dan 5 kilogram.

Trubus menilai klaim pemerintah dan JNE bahwa beras yang dikubur karena rusak, alibi belaka. Menurut dia, penguburan beras bansos adalah potret buruk dari penanganan bansos selama ini.

Trubus terutama menyoroti lemahnya pengawasan di tingkat pusat hingga daerah dalam penyaluran bansos. Menurut dia, program bantuan sosial dari pemerintah, terutama selama pandemi Covid-19 minim pengawasan, evaluasi, hingga transparansi.

Trubus juga mengkritik pola koordinasi antara pusat daerah. Terlebih, penyaluran bansos mestinya juga melibatkan Satgas Pangan dari kepolisian.

"Sebenarnya ada dugaan kuat bahwa apa yang dilakukan penguburan ini, untuk menghilangkan bukti ini juga terjadi di tempat lain," kata dia.

Di sisi lain, Trubus juga sangsi terhadap keputusan untuk mengubur beras yang diklaim rusak. Ia curiga penguburan beras dilakukan hanya untuk menghilangkan bukti bahwa stok bantuan di gudang telah habis.

"Makin nyata bahwa ada persoalan, ketika ada barang rusak, kenapa tidak di gudang. Karena pas dicek enggak ada barang yang tersisa," katanya.

Berlanjut ke halaman berikutnya...

Tanggung Jawab Kemensos

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER