Pemkot Surabaya Usut Sumber Limbah Busa di Sungai Kalidami
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya menelusuri sumber limbah busa di Sungai Kalidami, Jalan Kalisari Damen, Surabaya. Dugaan sementara fenomena itu disebabkan oleh limbah rumah tangga.
Kepala DLH Surabaya Hebi Djuniantoro mengatakan saat ini pihaknya tengah menelusuri beberapa usaha yang berada di dekat sungai tersebut. Terutama usaha pencucian pakaian.
"Kami susuri dan kami selidiki satu persatu ya. Utamanya usaha laundry karena dekat dari sungai," kata Hebi, Rabu (3/8).
Hebi mengatakan pihaknya sementara ini menduga busa-busa muncul karena kebiasaan warga membuang limbah cair, seperti minyak goreng, air cucian bekas ke saluran yang mengarah ke sungai.
"Karena limbah cair kegiatan dari rumah tangga langsung dibuang ke sungai. Misalnya lemak, minyak goreng, air bekas cucian baju dan cucian dapur," ujarnya.
Menurut Hebi, busa itu muncul karena turbulensi dari pompa air. Jika pompa tak diaktifkan maka busa tak akan muncul. Ia pun berupaya untuk mencari solusi. Salah satunya yakni dengan membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal.
"Kami akan membuat IPAL rumah tangga komunal. Sehingga limbah cair sebelum masuk ke badan sungai bisa diolah di situ dulu," ucapnya.
Hebi mengatakan IPAL tersebut akan diletakkan di dekat rumah warga. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan limbah cair rumah tangga dari berbagai rumah di Surabaya.
"Kita koordinasikan dengan OPD lain untuk membuat IPAL rumah tangga komunal, sebelum masuk ke badan sungai," katanya.
Senada, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memastikan bahwa dinas terkait sedang melakukan pengecekan di lokasi.
"Dinas Lingkungan Hidup (DLH) lagi susur sungai. Lagi mencari satu-satu itu penyebabnya dari mana," kata Eri.
Sebelumnya, busa-busa limbah yang membanjiri aliran sungai Kalidami di Kalisari Damen, Mulyorejo, Surabaya, dilaporkan beterbangan ke kawasan permukiman warga. Pemandangan itu laiknya musim salju di Eropa.
Hal itu dilaporkan oleh aktivis lingkungan dari Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah atau Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton).
"Tadi malam, Selasa ada laporan warga, busa-busa di sungai itu beterbangan bahkan sampai masuk ke rumah," kata Staf Divisi Edukasi Ecoton, Alaika Rahmatullah, Rabu (3/8).
(frd/fra)