Rapat Komisi III DPR dengan Kapolri terkait kasus pembunuhan Brigadir J oleh Irjen Ferdy Sambo diwarnai pandangan anggota dewan yang menyamakan kasus tersebut dengan insiden KM 50 yang menewaskan pada Desember 2020 lalu.
Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKS, Aboe Bakar al-Habsy menilai bahwa kasus Brigadir J memiliki kesamaan dengan insiden penembakan oleh aparat kepolisian di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek yang menewaskan enam laskar Front Pembela Islam (FPI) pimpinan Habib Rizieq Shihab kala itu.
Sayangnya, kata dia, kasus KM 50 justru tak banyak mendapat perhatian, terutama dari Presiden Joko Widodo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kadang kita teringat, kenapa peristiwa J [Brigadir J] saja yang diperhatikan. Kemarin itu KM 50 itu macet, jangan-jangan sama lagi. Jangan-jangan," kata Aboe di kompleks parlemen, Rabu (24/8).
Aboe mengaku mendapat banyak pertanyaan dari para ulama di daerah pemilihannya, Kalimantan Selatan terkait kasus KM 50. Kepada mereka, ia pasrah sebab tak memiliki wewenang dan data apapun.
Dia pun berharap Presiden juga ikut memberi perhatian terhadap kasus tersebut. Dia juga mendorong untuk membuka kembali insiden KM 50 jika ada bukti baru untuk kembali dilakukan penyidikan.
"Jadi kalau memang Presiden ada kesempatan untuk membuka Km 50 dengan cara novum baru, ya boleh-boleh aja lah. Kita lihat nanti. Semoga bisa diperhatikan juga," kata dia.
Aboe tak menjelaskan alasannya berharap agar kasus itu kembali dibuka. Sebab teranyar, hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah menjatuhkan vonis bebas terhadap dua terdakwa yang menembak para laskar.
Lebiha lanjut dia menerangkan, kesamaan insiden Km 50 terutama pada jejak barang bukti yang hilang. Mulai dari CCTV yang mati dan hilang, hingga keterangan yang menyebut ada adu tembak sehingga antara para laskar dan polisi.
"Kalau kasusnya hampir sama. Gaya-gaya tembak menembak. CCTV hilang. Sama lah modelnya," kata dia.
Pandangan yang juga disampaikan anggota Komisi III dari fraksi Gerindra Romo Muhammad Syafi'i. Menurutnya, insiden Km 50 mestinya bisa lebih mendapat atensi ketimbang kasus Brigadir J.
Ia heran tak ada penjelasan dari polisi terkait bukti CCTV yang bilang, hingga tempat lokasi kejadian yang kini telah dihilangkan atau digusur. Menurut Syafi'i, hilangnya sejumlah alat bukti merupakan tata cara yang salah dalam menangani kasus.
"Saya kira ini sesuatu yang bertentangan dengan tata cara penanganan kasus di tubuh kepolisian," kata dia.
Anggota Komisi III DPR Ade Rosi Khaerunnisa mengungkap keprihatinannya terhadap anak-anak Irjen Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi yang kini menjadi tersangka kasus pembunuhan Brigadir J.
Menurutnya, saat ini pemerintah perlu melindungi anak-anak Sambo agar tidak semakin mengalami kondisi mental yang sulit. Sebab, menurutnya, dosa orang tua bukan dosa anak-anak.
"Dosa orang tuanya adalah dosa mereka sendiri, anak biarkanlah mereka tumbuh berkembang dan mandiri serta sukses mencapai cita-citanya," ujar Ade.
"Jadi tolong berikan perhatian, kalau bisa berikan parenting yang baik kepada mereka sehingga mereka tidak hancur, karena sekali lagi anak tidak bersalah atas dosa yang dilakukan orang tuanya," sambungnya.
Ade mengungkap saat ini yang menjadi perhatiannya sama sekali bukan kondisi Sambo atau Putri. Ia pun meminta kepada publik agar tidak merundung putra-putri keduanya.
"Mereka adalah aset bangsa yang ke depan pasti akan menjadi orang-orang bermanfaat, salah satunya akan menjadi dokter, satunya lagi sekolah di Taruna Nusantara," jelasnya.
Sebelumnya, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengungkapkan anak pasangan Irjen Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi sempat mengalami perundungan atau bullying. LPAI kemudian meminta izin Sambo untuk memberi pendampingan dan perlindungan secara psikologis kepada anaknya.
Mantan Kadiv Propam itu pun menitipkan pesan untuk anak-anaknya saat ditemui Seto di Rumah Tahanan Mako Brimob, Depok, Selasa (23/8). Pria yang akrab disapa Kak Seto itu mengatakan Sambo berharap agar anak-anaknya tetap tegar dan terus melanjutkan cita-citanya sebagai polisi.
"Sambil menitipkan pesan supaya anak-anak tetap percaya diri, tetap tegar, menghadapi berbagai perundungan dan melanjutkan cita-citanya sebagai anggota Polri," tuturnya.