Eks aktivis SMID Andi Arief mengirim pesan kepada gerakan mahasiswa Indonesia agar mengajak rakyat untuk berjuang bersama. Ia menilai saat ini gerakan mahasiswa tidak melibatkan rakyat.
Selain itu, menurutnya, fenomena kekerasan atau bentrok yang kerap terjadi dalam aksi ini menjadi jurang pemisah antara mahasiswa dengan rakyat.
"Dalam sejarah, gerakan mahasiswa Indonesia yang sukses itu dia bersama rakyat, dengan sabar mengumpulkan rakyat untuk berjuang bersama-sama. Kalau memilih jalan kekerasan itu berarti memisahkan mahasiswa dan rakyat," kata Andi dalam akun twitternya @Andiarief__, Selasa (5/9). CNNIndonesia.com telah mendapat izin untuk melansir cuitan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, gerakan mahasiswa mesti mendapat simpati kuat dari rakyat dengan membuat aksi yang tidak melibatkan kekerasan.
Ia menilai bentrok harusnya merupakan respons dari kekerasan yang dilakukan oleh aparat negara, alih-alih dipantik mahasiswa.
"Saya melihat tren 10 tahun terakhir ini. Kenapa bentrok itu menjadi tujuan? Bukan, dalam teori gerakan massa, bentrok itu adalah respons kekerasan yang dilakukan oleh aparat negara, bukan dimulai oleh mahasiswa. Jadi misalnya dipukuli, terus melawan," papar Andi.
Meskipun ia mengaku memahami pola-pola gerakan mahasiswa di beberapa daerah sejak tahun 1990-an, salah satunya Makassar, yang cenderung melakukan kekerasan saat aksi, Andi meminta agar kebiasaan dalam gerakan itu bisa diubah.
"Mahasiswa harus mendapat simpati kuat dari rakyat sehingga rakyat itu ikut, dan dia diam di tempat ataupun berjalan, rally, tanpa kekerasan, dengan tuntutan yang jelas, sehingga tuntutan itu terbaca, dan simpati pada gerakan," kata mantan aktivis Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) di era 1990an itu.
Andi juga menyinggung aksi mahasiswa yang kerap dilakukan di Istana Negara justru dianggap tidak efektif. Pasalnya, lokasi tersebut jauh dari masyarakat.
"Anda bisa bayangkan kalau rakyat berkumpul mulai dari Pasar Senen sampai dengan Pasar Minggu. Itulah yang akan mengubah keadaan, bukan dengan jalan di istana, kalau anda jalan ke istana itu tidak akan mendapat dukungan rakyat, karena jauh. Itu perkantoran-perkantoran yang jauh dari rakyat," kata pria yang kini terjun ke dunia politik bersama Partai Demokrat itu.
Diketahui dalam beberapa hari terakhir gejolak aksi mahasiswa sedang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia terkait keputusan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
Selain itu sebelumnya aksi juga kerap digelontorkan gerakan mahasiswa seiring rencana pengesahan RKUHP yang dinilai bermasalah, menolak oligarki, hingga #ReformasiDikorupsi.