Hapus Tes Mapel Masuk PTN, Nadiem Yakin Tak Hilangkan Minat Belajar
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim yakin penghapusan tes mata pelajaran dalam seleksi masuk perguruan tinggi negeri (PTN) tidak akan menghilangkan minat peserta didik untuk mempelajari mapel IPA atau IPS.
Nadiem malah optimistis skema tes masuk PTN itu akan membuat peserta didik lebih bersemangat mempelajari semua mapel sebagai modal mendapatkan nilai tinggi. Nilai tersebut akan menjadi salah satu cara masuk lewat jalur prestasi atau yang sebelumnya dikenal sebagai jalur SNMPTN.
Ia menjelaskan lewat jalur SNMPTN yang sebelumnya, calon mahasiswa akan dipisahkan berdasarkan jurusan pendidikan, yaitu IPA atau IPS. Saat ini, jalur prestasi hanya akan menyeleksi 50 persen nilai rata-rata rapor dan 50 persen sisanya diukur dari komponen minat dan bakat.
"Tadi ada beberapa komentar, apakah ini akan membuat pembelajaran di sekolah malah tidak penting untuk belajar fisika dan lainnya. Justru kebalikannya, karena sebelumnya itu SNMPTN kan hanya memfokuskan beberapa subjek saja, satu atau dua, sekarang minimal 50 persen," kata Nadiem dalam rapat kerja bersama Komisi X di Gedung DPR RI, Kamis (8/9).
Nadiem juga menyinggung skema masuk PTN kedua adalah dengan tes skolastik yang akan menguji kemampuan kognitif, penalaran matematika, literasi Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Tes berbeda dengan Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN) yang selama ini dilakukan.
Kemudian, skema masuk PTN ketiga adalah jalur tes mandiri yang akan dilakukan oleh masing-masing PTN. Ia memastikan pemerintah akan mengatur agar seleksi mandiri dilakukan secara lebih transparan. PTN juga harus melakukan beberapa hal sebelum dan setelah seleksi mandiri.
"Kalau SBMPTN sengaja dibuat jalur yang tidak ada hubungannya dengan rapor, rapor tidak relevan, hanya tes. Hanya dulu ada tes mapel, ada tes itu, dan tidak selalu tes mapel nyambung dari apa mapel yang di SMA," kata dia.
Dalam rapat kerja, anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai NasDem Ratih Megasari Singkarru menilai langkah Nadiem sebagai sebuah terobosan baru yang tidak terlalu buruk, tetapi masih terdapat banyak hal yang harus diperhatikan dan dievaluasi.
Ratih pun berpendapat terobosan baru Nadiem itu perlu dicoba untuk dilakukan pada tingkatan pendidikan terbawah dahulu seperti SD. Selain itu, ia khawatir peserta didik di jenjang dini akan 'malas' belajar lantaran sudah mengetahui mapel IPA atau IPS tidak terlalu diperhitungkan dalam seleksi masuk PTN.
"Saya khawatir minat belajar anak-anak jadi berkurang drastis, karena mereka tahu pada saat mereka akan masuk perguruan tinggi, hal tersebut ternyata tidak terlalu terpakai. Padahal menurut saya, IPA atau IPS adalah mapel dasar yang mereka sebenarnya harus miliki dan pahami," ujar Ratih.
(khr/tsa)