Dandim Semarang Sebut Effendi Simbolon Mengganggu Soliditas TNI

CNN Indonesia
Selasa, 13 Sep 2022 17:12 WIB
Merespons pernyataan anggota Komisi I DPR Effendi Simbolon, Dandim Semarang menyinggung konflik di masa lalu yakni pada 1952 silam antara militer dan DPRS.
Komandan Kodim 0733 Kota Semarang Letkol Inf Honi Havana. (CNN Indonesia/Damar Sinuko)
Semarang, CNN Indonesia --

Komandan Kodim 0733 Kota Semarang Letkol Inf Honi Havana ikut bersuara menanggapi pernyataan anggota Komisi I DPR RI Effendi Simbolon yang mengibaratkan institusi TNI seperti gerombolan.

Honi berbalik menyebut Effendi Simbolon adalah politikus yang mengganggu soliditas TNI, karena sudah terlalu masuk ke dalam urusan teknis dan internal militer.

"Politisi yang mengganggu soliditas TNI. Saudara ES sudah menyakiti seluruh prajurit TNI dengan sikapnya yang arogan terlalu masuk dalam urusan teknis dan internal TNI," ujar Honi kepada CNNIndonesia.com, Selasa (13/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Honi pun berharap pernyataan politikus PDIP itu tak berujung seperti peristiwa yang terjadi pada 15 Oktober 1952, terkait konflik antara militer dengan DPR Sementara (DPRS).

"Ini kalau dibiarkan bisa jadi konflik serius, jangan sampai kayak peristiwa 15 Oktober 1952 dimana militer yakni TNI berkonflik dengan DPRS," kata Honi.

Sebelumnya di media sosial viral sejumlah prajurit TNI AD merespons pernyataan Effendi Simbolon terkait TNI.

Salah satu yang mengecam adalah seorang yang mengaku prajurit TNI AD dengan pangkat Kopral Dua, Arif. Kopral Dua Arif mendesak Effendi meminta maaf secara terbuka ke publik. Ia pun mengancam akan mencari Effendi sampai ke ujung dunia jika tidak segera meminta maaf secara terbuka ke publik atas pernyataannya itu.

"Hei, kau, Effendi Simbolon, anggota dewan Komisi I DPR RI. Saya, kopral. Saya tidak terima TNI dibilang seperti gerombolan. Saya minta kau segera minta maaf secara terbuka kepada TNI," kata Arif dalam video yang beredar.

Sementara itu, Markas Besar TNI AD menegaskan tak ada instruksi atau perintah dari pimpinan angkatan perang tersebut terkait kecaman para prajurit di sejumlah daerah terhadap anggota Komisi I DPR Effendi Simbolon.

Sebelumnya, dalam rapat Komisi I dengan Panglima TNI, Effendi Simbolon menyinggung militer tersebut seperti gerombolan seraya mencontohkan beberapa kasus.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Kolonel Arh Hamim Tohari menegaskan tak ada instruksi atau garis komando dari Mabes AD terkait respons para prajurit di daerah yang kemudian viral di media sosial.

"Saya sampaikan bahwa organisasi atau pimpinan TNI AD tidak pernah mengeluarkan instruksi atau perintah untuk melakukan hal tersebut," kata Hamim saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa.

Ia menduga munculnya video-video berisi kecaman itu karena reaksi spontan prajurit atas pernyataan Effendi.

"Mungkin saja itu terjadi sebagai reaksi spontan, bukan cuma dari prajurit, bahkan dari masyarakat juga, atas pernyataan seorang tokoh di ruang publik yang dianggap memancing kegaduhan," kata dia.

Pernyataan anggota Komisi I DPR RI Effendi Simbolon yang menyinggung TNI seperti gerombolan menuai kecaman dari prajurit itu dilontarkan alam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi I DPR RI dengan Kemenhan dan TNI di Senayan, Jakarta, Senin (5/9).

Saat itu, petinggi TNI dari Panglima TNI hingga seluruh kepala staf angkatan hadir, kecuali Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman. Ketidakhadiran Dudung inilah kemudian menyulut Effendi Simbolon melontarkan kritiknya terhadap TNI.

Effendi mengaku ingin mendapat penjelasan dari Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman. Menurutnya ada ketidakharmonisan antara dua jenderal bintang empat itu.

"Kami banyak sekali ini temuan-temuan ini, insubordinasi, disharmoni, ketidakpatuhan, ini TNI kayak gerombolan ini, lebih-lebih ormas jadinya, tidak ada kepatuhan," kata Effendi kala itu.

(dmr/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER