Pemerintah seolah dibuat tak berdaya dengan aksi peretasan dan doxing yang dilakukan pengguna situs gelap atau hacker dengan nama alias Bjorka dalam beberapa pekan terakhir.
Miliaran data pribadi yang diduga berasal dari IndiHome, Tokopedia, Wattpad, KPU, surat resmi dengan klasifikasi rahasia dari lembaga negara untuk Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), hingga data pribadi para pejabat bocor hanya disikapi dengan pernyataan bantahan tanpa disertai dengan analisis yang komprehensif.
Respons nyeleneh misalnya ditunjukkan oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Kepala BSSN Hinsa Siburian mengatakan aksi pembocoran data oleh Bjorka-meskipun membuat geger satu negara-masih terbilang berintensitas rendah. Ia pun meminta masyarakat tenang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"[Aksi Bjorka] ini masih terbilang intensitas rendah," ujar Hinsa di Kantornya, Depok, Selasa (13/9).
Selain itu, Menko Polhukam Mahfud MD juga terkesan menyepelekan peretasan dan penyebaran data pribadi ke ruang publik yang dilakukan oleh Bjorka. Mahfud mengatakan data pribadinya yang dibocorkan oleh Bjorka bisa diakses publik dengan mudah di Wikipedia hingga dokumen Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).
"Saya tak ambil pusing dan tak ambil tahu," ucap Mahfud pada hari yang sama.
Sementara itu, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Semuel Abrijani Pangerapan meminta hacker tak menyerang usai berusaha menjual 1,3 miliar data registrasi SIM card masyarakat Indonesia. Pernyataan itu dibalas pedas oleh Bjorka dengan meminta Kominfo berhenti menjadi idiot.
"Kalau bisa jangan nyerang lah, orang itu perbuatan illegal access kok. Setiap serangan itu yang dirugikan rakyatnya," kata Semuel.
Sementara itu, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi I, Rabu (7/9), Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate melempar bola ke BSSN terkait kebocoran data.
"Terhadap semua serangan siber atas ruang digital kita menjadi domain teknis Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Semua pertanyaan tadi terkait serangan siber, kami tak bisa menjawab atas nama BSSN," tutur Johnny.
Alih-alih serius menangani kasus peretasan data publik oleh hacker, Johnny justru mengomentari pernyataan Bjorka yang menyebut Kominfo idiot.
"Sudah melakukan tindakan pelanggaran kebocoran data, menggunakan terminologi yang tidak etis dan tak sejalan dengan budaya Indonesia. Nah, itu tidak baik," imbuhnya.
Pakar keamanan siber Ruby Alamsyah tak menampik respons pejabat publik atas kebocoran data menunjukkan bentuk ketidakberdayaan mengatasi masalah kebocoran data pribadi penduduk Indonesia.
Ia menganggap respons-respons yang diberikan justru kurang tepat karena tidak menyentuh substansi utama yaitu kebocoran data penduduk, sehingga membuat kondisi tidak kondusif.
"Satu [tidak berdaya], kemungkinan besar pejabat itu tidak terinformasikan analisis data yang komprehensif sehingga dia menyampaikan sesuatu seperti itu, padahal salah," ujar Ruby saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (14/9).
Ia pun menyoroti Menkominfo yang seharusnya mempunyai kemampuan tidak hanya perihal informatika, melainkan juga dalam berkomunikasi.
"Yang terjadi kemarin Menteri Komunikasi tidak cakap dalam melakukan komunikasi publik. Beliau mungkin lagi capek jadi statement-nya seperti itu membuat situasi tidak kondusif," imbuhnya.
Ia juga menyentil Kepala BSSN Hinsa Siburian yang hanya meminta masyarakat tenang.
"Mungkin dia dalam keadaan capek, emosi, sehingga dia mengeluarkan statement seperti itu. Statement itu menurunkan kesadaran keamanan IT. Terkesan pembiaran. Itu yang sangat disayangkan," kata Ruby.
Respons atas pembentukan tim gabungan oleh Jokowi untuk hadapi Bjorka ada di halaman selanjutnya.